PEDAGANG KAKI LIMA KELAPA MUDA BAKAR & PISGOR KOTA TERNATE MENARIK PERHATIAN PAKAR EKONOMI.
PIKIRAN UMMAT.Com—Ternate||Pedagang kelapa muda dan pisang goreng yang menjamur di sepanjang tapak di kelurahan Kota baru sampai Toboko menarik perhatian pakar ekonomi.
Menurut Dr.Mukhtar Adam, SE.MM., pelaku ekonomi kecil yang tak terhitung dari episentrum kebijakan ekonomi dan perbankan nasional ini justru menjadi kekuatan dinamika ekonomi rakyat.Mereka justru kelompok usaha yang sangat kebal dari danpak krisis ekonomi global ditengah reruntuhan perusahan raksasa kata nya.
Padahal, pedagang-pedagang tergolong lemah dan kecil ini terbatas dari segala sumber daya baik SDM dan modal.Mereka pun tak tahu dan paham akan ritme kebijakan ekonomi global, nasional dan lokal.Kekuatan mereka kata Mukhtar adalah semangat untuk tetap melanjutkan kehidupan dan masa depan anak-anak mereka yang mandiri dan bermartabat.
“Mereka tak cukup paham memaknai pemulihan, mereka juga tak cukup tahu resesi di belahan dunia lain, mereka tak mau tahu dengan apa yang negara buat, yang mereka tahu hanya melanjutkan kebutuhan makan sehari-haru agar tak menjadi orang yang meminta antar sesama, mereka tak mengulurkan tangan memohon belas kasihan namun bisa tumbuh tegar ditengah gemerlap kota”ujar ekonom Unkhair ini.
Mukhtar berujar, para pedagang ini terus bergeliat ditengah para petinggi negara dan ekonom dunia berkutat resah dengan perkembangan ekonomi global dan nasional yang tidak menentu.
“Geliat usaha terus di jalankan, mengumpulkan pundi-pundi usaha, hari demi hari mereka menawarkan produknya dengan berbagai kemasan alami, bisa jadi barisan ini tak pernah ikut program pemerintah, tak pernah ikut acara Bank Indonesia yang kesan eklusif itu, mereka tak tahu apa itu Kredit Usaha Rakyat, bahkan bantuan PKH, BTL, dll, tak mampu mendaftarkan diri mereka untuk ikut serta, tapi yang pasti pelaku usaha yang tangguh bertahan ditengah Resesi ekonomi, yang memaksa negara-negara maju harus berkumpul di Bali membuat peta jalan pemulihan ekonomi dari ancaman resisi, kelangkaan pangan yang membuat antrian panjang, defisit melebar yang memaksa utang antar negara bertumbuh, hanyalah sepengal berita koran yang menjadi penutup jualan dari lalat yang datang mengotori jajanan”ungkapnya.
Pada sisi lain, para pedagang kelapa muda ini kata dia ikut merangkai harmoni sosial yang tergerus oleh perkembangan ekonomi kota yang materialis .
“Deretan penjual kelapa bakar, pisang goreng dan jajanan lainnya tumbuh di sekitar pelabuhan penyebrangan antar pulau-pulau yang menjadi jembatan dari ibukota lama Ternate dan ibukota baru Sofifi. Pantai ini makin terasa bersahabat dengan warga kota, deretan kelapa berjejer di sudut jalan, di tepi pantai ibu-ibu mengoreng jajanannya, sambil bersenda gurau menambah suasana sore yang makin akrab tanpa terusik dengan pongah nya pemerintah terhadap nasib usaha dan hidup mereka”tutup nya lirih.(***)