OM PALA MALANESIA SOAL KEMISKINAN SEBAGAI PRODUK PEMERINTAHAN NIR KREATIF .
Dr.MUKHTAR ADAM :SAAT NYA RAKYAT MENYUDAHI CARA BERPIKIR PRIMORDIALISME DALAM MEMILIH PEMIMPIN.
PIKIRAN UMMAT.Com—Jakarta||List World Bank soal Indonesia bertengger di 100 besar negara termiskin di dunia menuai sikap kritis ekonom.
Menurut Dr.Mukhtar Adam, kemiskinan erat kaitan dengan minimnya kreatifitas pemerintahan.Negara yang kaya SDA sekalipun potensial menuai kemiskinan jika tidak kreatif dan hanya mengandalkan SDA yang dikuasai kapitalisme.
Contoh kasus nya Indonesia yang kaya SDA namun masih bercokol di daftar 100 besar negara termiskin. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari SDA bersifat ekslusif dan tidak berdanpak luas bagi ekonomi masyarakat.
Founder lembaga Nir laba Kampoeng Malanesia dan SIDEGon yang konsen pada pemberdayaan ekonomi rakyat menilai pemerintah yang tak kreatif tak ubah nya tumbuh kembang anak-anak yang tidak kreatif.
“Anak-anak yang kreatif selalu memproduksi ide untuk membentuk modal, modal itu bisa uang, Asset, atau kepuasan batin dari ide kreatif yang membuat dirinya tidak merasa miskin, walau hanya makan 2 x sehari, malam ngopi tapi selalu memproduksi gagasan untuk kemaslahatan dirinya dan orang lain.” demikian analoginya.
Demikian lanjut sapaan akrab Dr.Ota bahwa jika pemimpin kreatif maka akan memproduksi gagasan besar dan mengkapitalisasi sebagai aset bagi peningkatan derajat kehidupan masyarakat.
“Jika pemimpin kreatif, akan banyak memproduksi gagasan yang membentuk Asset bagi kemaslahatan warga yang memilihnya, karena itu warga percaya dengan gagasannya untuk memproduksi banyak pikiran bagi kesejahteraan, karena rakyat sadar membayar pajak yang di serahkan ke pemimpinnya agar memproduksi banyak gagasan kesejahteraan bagi kemaslahatan negerinya.”urai nya.
Mukhtar berpandangan, Pemimpin yang mengeluh miskin, sama hal nya mempertontonkan ketidak kreatif membentuk negerinya menjadi tidak miskin, karena tidak cukup mampu menderivatif gagasan kreatif untuk keluar dari kemiskinan.
“Miskin soal rasa, soal daya mampu dan tidak mampu, seberapa pun harta yang dimiliki jika rasa miskin maka miskinlah, ketidak mampuan mengakumulasi energi gagasan untuk memproduksi menjadi daya gerak bagi kemaslahatan maka miskinlah.”terang akademi yang di kenal kritis ini.
Menurutnya kemiskinan rakyat merupakan kemiskinan struktural akibat akumulasi kebijakan yang tidak pro poor serta ketidak mampuan pemerintah dalam mengkapitalisasi potensi kekayaan SDA bagi kesejahteraan rakyat.
“Kita sesungguhnya kaya, tapi miskin karena pemimpin miskin gagasan memproduksi, maka kita menjadi daerah yang kaya tapi miskin.”papar nya.
Om Pala Malanesia ini meminta rakyat belajar dari masa lalu dengan menghadirkan pemimpin yang mampu membawa kesejahteraan bagi rakyat.
“Belajarlah dari masa lalu, bisa jadi kita salah memilih pemimpin, kita salah memberikan amanah kepada orang yang tak cukup mampu memproduksi gagasan kemaslahatan bersama.” terang dia.
Mukhtar menilai kondisi kemiskinan yang di alami rakyat juga lahir dari pemikiran rakyat yang tidak tepat.Padahal sistem politik langsung dimaksudkan agar rakyat mampu memilah dan memimpin rakyat menggapai kesejahteraan nya.
“Bisa jadi karena cara kita memilih pemimpin karena Uang yang membuat kita memilih pemimpin, Suku yang membuat kita memilih pemimpin, Agama yang membuat kita memilih pemimpin, Kekerabatan yang membuat kita memilih pemimpin dan Alumni yang membuat kita memilih pemimpin” jelas nya
Oleh karena itu, dia meminta semua pihak utamanya rakyat agar menyusahi kesalahan-kesalahan berpikir itu guna mampu menghadirkan kepemimpinan yang pro pada kesejahteraan rakyat.Cara berpikir primordialisme menurut nya harus di sudahi karena hanya akan menghadirkan malapetaka bagi kehidupan rakyat.
“Sudahi cara cara primordial memilih pemimpin, kesalahan 1 menit menghancurkan 1 generasi kedepan, mari berbenah memilih kecerdasan memproduksi gagasan kemaslahatan agar jangan merasa miskin, apalagi menjual miskin di ruang publik, hadirkan pemimpin berkualitas menuju 2024, kita mesti menjadi filter pemilu yang produktif untuk masa depan yang kreatif.”pungkas Dr.Mukhtar Adam, SE.ME(***)