Wakil Presiden RI, Kiyai Ma’ruf Amin melakukan lawatan ke Maluku utara.Lawatan perdana, sejak memangku jabatan orang nomor dua RI.Kalau dibandinge dengan Presiden Joko Widodo, Wapres jelas kalah jauh dengan Presiden Jokowi dalam urusan muhibah ke negeri Moloko Kie Raha yang terhitung telah empat kali menginjakkan kaki di bumi Para Sultan ini.
Namun itu hanya hitungan kuantitas semata, dari sisi kualitas atau substansi baik Presiden dan Wakil Presiden sama saja alias tidak ada yang luar biasa bagi Maluku utara.Datang membawa janji manis lalu kembali tak kujung ditepati.
Sebagai contoh kasus, kunjungan Presiden Jokowi beberapa kali juga mengumbar janji manis yakni janji yang kalau tidak salah ingat, janji DOB Sofifi, janji percepatan infrastruktur Ibu Kita Sofifi namun entah mengapa, dalam istilah orang Ternate, janji itu seperti janji wonge alias janji yang tidak ditepati jika tidak bisa dibilang janji palsu.Mirisnya, Jokowi datang juga tidak menyelamatkan petani Malut dari amukan pasar kopra yang anjlok harganya.
Tak ayal, warga Malut menilai kunjungan orang maha penting nomor dua Indonesia ini sama seperti kunjungan kosong satu yakni sekedar baronda ala pejabat tinggi negara yang akan memasuki purna tugas saja.Padahal di tangan kuasa dua orang republik ini, rakyat menasbihkan segala nasib Maluku utara yang dianggap mudah saja di ubah oleh Presiden dan Wapres dalam siatem presidensial.Untuk merubah Malut yang hanya siap teknis itu, Presiden dan Wapres ibarat pesulap yang hanya simsalabin abrakadabra langsung jadi dah.
Rakyat Maluku utara nampak dirundung duka, trauma dan skeptisme atas kunjungan para petinggi negara di negeri ke malut yang punya sumbangsih besar buat kemerdekaan RI dan kekayaan SDA untuk mengasapi dapur negeri ini.
Lihat saja kunjungan Wapres ini tergolong biasa.Nyaris tak ada sambutan meriah dari rakyat di jalanan.Yang nampak luar biasa adalah konsentrasi keamanan yang terlihat dari aparat polisi dan TNI yang siaga di setiap titik nyaris di semua sudut Kota Ternate ini selama beberapa hari masa Kinjungan sang Kiyai ini.Dua kapal perang bahkan sisipkan sebagai pengamanan kunjungan orang nomor dua republik ini.Biasa !itu memang protokol baku dalam pengamanan kunjungan RI 01 dan RI 02.Berapapun anggaran negara untuk itu tak perlu kita pertanyakan Apalagi dipersoalkan.
Mungkin yang dirisaukan rakyat Malut adalah seberapa berfaedahnya kunjungan Wapres ke Maluku utara ini untuk daerah dan rakyat dengan anggaran lawatan yang mungkin diatas kisaran milyaran rupiah itu.
Dilihat dari agenda dan pernyataan Wakil Presiden, nampaknya Wapres hanya bisa sebatas janji diselingi ungkapan yang cukup menyedapkan pendengaran rakyat Maluku utara.Gubernur Maluku utara H.Ghani Kasuba yang juga seorang Kiyai seolah tak kena lelah lagi untuk mengambil kesempatan meminta Wapres memperhatikan asa DOB Sofifi, Ibukota Provinsi Maluku utara.Asa yang kesekian kalinya orang nomor satu Malut ini seolah tak kenal lelah dia titipkan baik kepada Presiden, para menterinya, kunjungan DPR RI dan KNPI atau kepada siapapun yang berkunjung ang ke Maluku utara.Apa boleh buat tai kambing bulat-bulat yang penting disampaikan.
Selain DOB Sofifi, Wapres menetapkan Maluku utara sebagai titik nol jalur rempah.Sang Kiyai nampak menyasar konseptual besar Malut titik nol Jalur rempah dunia mulai dari hulu sampai ke hilirisasi.Kata Wagub, hilirisasi malut titik nol jalur rempah dunia lebih menjanjikan daripada sektor lain karena konsepsi ini telah membumi secara substansial.Orang malut adalah petani rempah baik pala, cingkeh dan rempah-rempah lainya serta telah dikenal pasar global sejak jaman kolonialisme berabad -abad silam.
Entah mengapa, konsesi Wapres ini justru mengundang skeptis jika tidak dikatakan mengundang lucu.Kapan pemerintah menyiapkan regulasi dan kebijakan hulu dan hilirisasi Malut titik nol jalur rempah dunia ? Itu yang melahirkan skeptisme publik yang artinya pemerintah seperti tiba masa tiba akal dan dari pada dari pada datang tidak membawa kabar baik apa untuk Malut, lebe bae -lebe bae mumpun telah ada dalam sejarah ya di terusin aja sebagai sebuah konsepsi.Ya hitung-itung buat wacana dialektis untuk aktivis dan pakar Malut lah.
Tetapi sebagai orang moloku Kie Raha yang terkenal bae hati, kita terima saja konsepsi Wapres sebagai sebuah cita-cita masa depan, siapa tahu terpilih Presiden baru yang bervisi perubahan yang kelak bisa mewujudkan asa itu.
Skeptisme juga lahir dari kalkulasi masa jabatan Wapres yang terhitung tinggal setahun lagi.Pertanyaan rakyat Malut, apa yang bisa dilakukan Wapres dengan masa jabatan yang singkat itu dengan sebuah konsep besar yang butuh waktu itu.Apakah investor akan sekonyong-konyong mengiyakan pemikiran dan kemauan Wapres yang akan meletakkan jabatan setahun lagi itu ?Sudah pasti tidak, karena investor butuh kepastian politik jangka panjang bukan jangka pendek apalagi terkait hilirisasi yang harus bangun pabrik segala.Sebuah resiko jika Presiden baru justru berpikir lain tentang Malut.
Dilain sisi, di level hulu saja masih butuh penguatan dimana petani rempah malut masih dalam skala tradisional dan terbatas perkebunan rempahnya.Kapan pemerintah pusat melakukan penguatan petani Malut ?ya palingan penguatan jelas proyek PL seratusan juga yang hanya menjangkau 1 dan 2 kebun Pala dan cingkeh di bawah satu hektar.Saya belum tahu betul data produksi rempah malut namun pengalaman sebagai anak petani, kebun Pala dan cingkeh orang malut belum pada level besar-besaran.
Ya anggap saja Malut telah dikunjungi orang penting republik ini, entah ada guna atau faedah atau tidak.
Eh Moloku Kie Raha, Onar e !
Eh mungkin masih di syawal yang diliputi spirit Ied Mubarrak, ijinkan kami ucapkan Minal aidzin walfaidzin mohon maaf pahir dan batin.
Ternate, Jumat Mubbarak, 12 Mei 2023.