“Buah” itu Bernama Muhammad Thariq Kasuba [Part.43].
Anwar Husen/Kolomnis tetap/tinggal di Tidore.
Beliau mengirimkan foto sedang bersama jamaah haji kloter 13 berziarah ke masjid Quba,ketika kami berkabar siang kemarin.Beberapa waktu lalu,di sudut jalan itu,terpampang baliho kontestasi seorang anak muda dengan akronim MTK bertuliskan tagline,muda itu keren,yang di buat tim kerjanya.Saya mendapatinya di Santiong,Ternate.Di sudut lain,ada baliho sama,bergambar terkesan inovatif dengan tagline lain tetapi tetap dengan semangat dan pesan “muda” tadi.
Di kota Ternate dan Tidore khususnya,alat peraga berupa baliho dan spanduk sang calon ini bertebaran di setiap kampung dan di sudut kota secara mencolok.Tentu ini pertanda serius.
Tak bukan,dia adalah Muhammad Thariq Kasuba,putra gubernur Maluku Utara saat ini,K.H.Abdul Gani Kasuba,Lc.Dia berikhtiar untuk berkontestasi sebagai anggota DPR-RI dapil Maluku Utara dari salah satu partai hebat.
Saya tak ingin menelisik alasannya kenapa harus menempuh jalan ini,masuk wilayah politik,sebagaimana pilihan bapaknya,yang kini sedang di penghujung periode keduanya sebagai gubernur Maluku Utara.Mengapa???karena itu pilihan sikap,sesuatu yang sangat pribadi dan hak politik setiap orang,terlepas siapapun dia.
Saya lebih tertarik mengulas kiprah kemanusiaan,pendidikan dan keumatan,sebuah jalan panjang pilihan sikap dan kepedulian lain dari siapapun,yang bersentuhan dengan urusan hingga “nasib” banyak orang.Dan untuk alasan itu pula,saya menulis kiprah beberapa karib.Artinya,kalau mau di sandingkan,yang tak cukup punya rekam jejak bahkan belum teruji kepeduliannya terhadap urusan banyak orang bahkan kepentingan keumatan saja,bisa dengan percaya diri untuk ikhtiar berkontestasi dengan tagline memperjuangkan kepentingan rakyat,apa kurangnya nilai kontestasi mereka-mereka ini???termasuk,tentunya sang anak muda,MTK.Apa kurangnya kiprah beliau yang memilih “berjuang untuk kepentingan rakyat/umat” hingga saat ini,yang terhitung puluhan tahun “membimbing” umat dengan imbalan jasanya yang tergolong tak besar???Di sini sesungguhnya,”nilai” amanah itu,sesuatu yang butuh aksi untuk di perjuangkan bukan di gembar-gemborkan,tak peduli apapun sistem pemilunya.
Buah yang jatuh tak selalu jauh dari pohonnya.Di suatu ketika,di tahun 2016,saya menyertai rombongan kunjungan kerja gubernur AGK ke Halmahera Utara selama tiga hari.Saat dalam perjalanan kembali ke Sofifi di sekitar wilayah Kao,iring-iringan kendaraan di arahkan untuk berbelok ke arah kanan menuju sebuah perkampungan kecil yang agak terisolir.Lumayan jauh juga dari jalan poros tadi.Setelah di sana baru saya tahu bahwa sang gubernur baru saja membuka isolasi jalan ke kampung kecil ini,sebagai “hadiah” bahwa di tahun 70-an sàat liburan sekolahnya di Madinah,beliau sempat berdakwah di sini.Ini kisah di pedalaman Halmahera di tahun 70-an.
Di “kisah” lain,almarhumah ibunda saya tercinta,pernah mengingatkan saya untuk memilih sosok K.H.Abdul Gani Kasuba,Lc,setelah sang ibunda tahu bahwa di tahun itu,2014,ada kontestasi pemilihan gubernur Maluku Utara.Dan ini alasan sang ibunda tercinta itu bahwa beliau orangnya cukup baik.Di Mekkah,ustadz AGK pernah memberinya sejumlah uang riyal [tak saya sebut nominalnya],di musim haji tahun 2010 meski tak saling mengenal.Dan saya harus bersikap mengikuti pesannya sebagai sekedar “balasan” kebaikan sang kiyai,dengan segala “resiko” saat itu.Maklum,tetangga kami,yang juga senior saya di KNPI sekaligus seorang mantan bupati yang cukup kami hormati,ikut berkontestasi juga.
Dua “serpihan” kisah pendek di atas,di rasa cukup untuk sedikit menegaskan bahwa mereka yang benar-benar punya nadi kepedulian dan ikhlas dengan urusan banyak orang,urusan keumatan,yang mungkin,”jalan” sukses itu lebih mudah berpihak pada mereka.Banyak cerita dan kisah “keberuntungan” itu,menyertai proses dari awal hingga akhir,terpilihnya K.H.Abdul Gani Kasuba,Lc,di dua momentum pemilihan gubernur lalu,yang saya dengar dari tuturan orang-orang dekatnya,entahlah.
Dan “buah” itu,rupanya benar-benar jatuh tak jauh dari pohonnya.Dia,Muhammad Thariq Kasuba,berusia belia tetapi terlihat begitu serius memaknai hidupnya,menjalani panggilan jiwa yang di wariskan sang ayah.
Tak terhitung jumlahnya,beliau menjadi pendamping dan pembimbing haji dan umroh dari sumber yang bisa di verifikasi,sejak masih menempuh pendidikan strata dua-nya di Islamic University of Madinah beberapa tahun lalu,bahkan hingga kini.Dan saat ini,tengah menyelesaikan pendidikan doktoralnya di salah satu perguruan tinggi Islam di Jakarta.Di sela kesibukan kuliahnya,MTK juga mengelola podcast miliknya yang concern pada konten pendidikan,keagamaan dan keumatan,sebuah media yang juga lagi trend dan keren.Di Maluku Utara juga sama.Sebagai seorang mubaligh yang berusia relatif muda tetapi punya pendidikan dan pengalaman internasional,kehadirannya sudah tentu jadi pembeda.
Saya ingat betul ketika itu,bermakmum pada beliau di masjid Nurul Hasan kantor gubernur Maluku Utara di suatu ramadhan.Kami tahajud dan beliau menjadi imam sekaligus “memverifikasi” hafalannya.Kalau tak salah,di juz dua puluhan malam itu,sembari di “koreksi” karibnya yang bermakmun tepat di belakang sang imam.Di setiap salam,ada diskusi kecil sang imam dengan karibnya tadi.
Mungkinkah,serpihan “cerita” mirip di atas yang oleh tim kerjanya jadi pemantik tagline, muda itu keren,di sudut jalan itu???entahlah.Yang pasti,amanah itu—jika anda ingin jadi pengemban amanah rakyat di gedung perwakilan rakyat—akan lebih mudah tertunai jika anda pernah,bahkan lama terlatih di medan pengabdian untuk mereka.
Dan sekali lagi,buah memang sering jatuh tak jauh dari pohonnya,bahkan mungkin,tak terkecuali “keberuntungan” sang ayah tadi.Saya doakan semoga beliau sukses dengan segala ikhtiarnya.Wallahua’lam.