oleh

Nekat Lawan Anies Baswedan?

Nopember nanti, pilgub Jakarta diselenggarakan. Bukan hanya Jakarta, tapi pilkada di seluruh Indonesia serentak dilaksanakan. Ini perintah undang-undang.

Banyak incumbent yang maju dan ikut kontestasi kembali. Termasuk Anies Baswedan. Anies akan maju di pilgub Jakarta untuk kedua kalinya. Partai apa saja yang akan ikut mengusung Anies? PKS, PKB dan Nasdem. Tiga partai pengusung Anies di pilpres ini nampaknya cukup setia. Sementara PDIP, infonya masih dalam komunikasi dengan partai koalisi pengusung Anies.

Baca Juga  Kritisi Bungkamnya DPR-RI dan DPD-RI Dapil Maluku Utara, M.Reza A.Syadik : Indikasi Lemahnya Representasi Rakyat dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam

Dengan tiga partai pengusung, maka lebih dari cukup syarat untuk bisa mengusung Anies. PKS, PKB dan Nasdem punya 39 kursi di DPRD Jakarta. Apalagi jika ditambah PDIP. Maka, koalisi partai pengusung Anies lebih dari 50 persen. Dari sisi partai, Anies sangat kuat.

Jika PKS dan PDIP bersama-bersama mengusung Anies Baswedan di pilgub Jakarta, maka ini tidak hanya akan menjadi sejarah baru, tapi sekaligus akan menjadi kekuatan yang cukup dahsyat. Kedua partai ini, yaitu PKS dan PDIP punya mesin politik yang rapi dan solid. Bergabungnya PDIP akan menjadi faktor yang menambah optimisme dan peluang bagi Anies Baswedan untuk menang.

Baca Juga  Pilkada Taliabu, Panggung Kekalahan Aliong, Alien, Fifian dan Citra Mus

Siapa lawan Anies yang dianggap seimbang di pilgub Jakarta? Jawabannya: paslon yang diback up oleh kekuasaan. Pertama, paslon ini akan punya kekuatan logistik yang luar biasa. Boleh dibilang “logistik tanpa batas”. Semua pengusaha bisa ditekan untuk ikut menyiapkan logistiknya. Kedua, paslon ini besar kemungkinan akan mendapatkan dukungan dari berbagai kebijakan. Entah itu terkait kebijakan bansos, BLT, KJP dan sejenisnya. Ketiga, instrumen negara seringkali secara vulgar atau sembunyi-sembunyi digunakan untuk kerja politik membantu paslon yang didukung penguasa. Keempat, KPU juga acapkali berpihak dan tidak netral karena faktor intervensi, atau bahkan intimidasi. Empat faktor ini sering muncul ketika ada paslon yang mendapat dukungan dari penguasa. Tapi, inilah wajah demokrasi kita. Demokrasi alai ala Indonesia.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *