DR.MUKTAR ADAM—BENNY LAOS SEBAGAI KRITIK KAMPUS TERHADAP PARPOL YANG KAPITALISME SEKALIGUS POLITIK TRANSFORMTIF KEADABAN.
PIKIRAN UMMAT.Com—Ternate||Perkembangan politik dinilai mengalami kondisi anomali.Kampus sebagai medium kaderisasi kepemimpinan bangsa terdegradasi dalam konsolidasi kepemimpinan oleh partai politik yang tersandera arus kepentingan kapitalisme.
Hal itu mengemuka dalam diskusi kepemimpinan lokal menyikapi perkembangan politik pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku utara tahun 2024.
Bertolak dari kondisi faktual tersebut, lahirlah Gagasan politik transformatif dari kalangan kampus menduetkan akademisi -Pengusaha sebagai tandem Calon Gubernur -Wakil Gubernur Maluku utara.
Manuver kaum intelektual ini sebagai terebosan transformatif terhadap bangunan politik kapitalisme dimana seolah-olah pemimpin hanya dilahirkan dari rahim uang atau kapitalisme.
”Kita ingin mengubah mindset atau cara pandang kapitalisme ini”ujar Nonce Hasan, SE.ME.
Seperti telah mengemuka belakangan ini, Dr.Mukhtar Adam dinilai notabene hanya bermodalkan latar belakang akademis/intelektual dan politik gagasan rasanya kurang tepat sebagai Cagub jika diduetkan dengan sosok pengusaha kaya sebagai Calon Wakil Gubernur.
“Ini konsep salah pilih”ketus salah satu warga menanggapi berita duet sosok Akademisi-Pengusaha itu.
Nonce Hasan, akademisi dan ekonom Unkhair menyatakan paket Dr.Mukhtar Adam-Benny Laos sebagai terebosan politik transformatif nilai terhadap konsolidasi trend politik demokrasi ala partai politik yang kapitalis.
Nonce mengungkapkan bahwa konsolidasi kepemimpinan lokal diera politik langsung saat ini telah dibajak parpol yang kapitalisme sentris sehingga telah melahirkan biaya politik tinggi, menutup potensi pemimpin berkualitas, menghasilkan kepemimpinan yang tidak berkualitas, tidak berpihak pada rakyat dan cenderung korup.
“Dr.Mukhtar Adam adalah terebosan politik transformasi nilai dari nilai-nilai kepemimpinan kapitalisme yang oligarki ke arah nilai kepemimpinanya berkualitas, pro rakyat dan berkeadaban .”jelasnya.
Senada, Dr.Amar juga menilai bahwa Partai politik selama ini telah gagal dalam mengkonsolidasikan suksesi kepemimpinan dengan menghadirkan ruang politik bagi rakyat bahwa pemimpin hanya bisa lahir dari uang.
“Perspektif ini yang merusak tatanan nilai demokrasi dalam konsolidasi kekuasaan sehingga pemimpin atau pemerintahan yang lahir dalam mekanisme demokrasi pun cenderung tidak mengabdi pada kepentingan rakyat”papar akademisi ini.
Pada sisi lain menurut Nonce, Munculnya Dr. Mohtar Adam sebagai bakal calon gubernur malut merupakan jawaban atas kutukan politik yang selama ini menganggap trek rekor kader bangsa yang lahir dari kampus selalu kalah dengan kader bangsa yang lahir dari rahim pengkaderan parpol. Karena itu, seharusnya kalangan akademisi punya nyali untuk mendeklarasikan diri siap maju sbg balon gubernur.
“Masih banyak tokoh kampus yang punya kemampuan mumpuni seperti Dr. Mohtar Adam, Prof. Dr. Rusman Soleman, Prof. Dr. Husen Alting, Dr. Kasman dll.”ungkap nya.
Narasumber lain Dr.Rahmat Sabuhari menyampaikan bahwa kampus merupakan embrio pemimpin sehingga sangat ideal dan tepat dalam menawarkan pemimpin bergagasan guna melahirkan kepemimpinan yang pro rakyat.
“Akademisi potensial memiliki kapasitas intelektual, kapasitas moral guna mampu mengelola pemerintahan.Mereka potensial membentuk ruang kekuasan yang demokratis dan sistematis guna menjamin jalanya pemerintahan yang demokratis, aspiratif dan anti KKN”jelas nya.
Dr.Rahmat Sahaburi mengungkapkan bahwa Dr.Mukhtar Adam dan para akademisi lainya hanyalah media konsolidasi politik transformatif kampus menuju konsolidasi kepemimpinan yang berbasis nilai.
“Kami tidak sekedar bicara pragmatisme yang sifatnya oportunis dengan hanya melihat pada aspek hasil harus menang dalam konstestasi politik praktis semata tetapi lebih jauh ingin merubah mindset atau cara pandang politik yang kapitalis ke arah politik yang bermartabat”urainya.
Kembali menurut Nonce Hasan, Kampus memiliki tanggun jawab moral dan sejarah terhadap perkembangan bangsa dan daerah sebab kampus lahir dari kesadaran kemanusian yang berpengetahuan guna membangun keadaban.
“Kampus sebagai embrio ilmu pengetahuan yang tanggun jawabnya membangun keadaban maka kampus tentu tak bisa diam dari kondisi politik yang berkembang melalui tawaran transformatif yang beradab”pungkas Nonce Hasan, SE.ME, akademisi dan ekonom Unkhair Ternate(***)