AGK Sedang Menerjang Badai.
Ulasan Redaksi.
Pikiran Ummat—Ternate||Semakin tinggi pohon akan semakin kencang tertiup angin mungkin pepatah yang pas dialamatkan kepada Gubernur Maluku utara, H.Gani Kasuba.
Betapa tidak, seiring capaian prestasi kinerja tingkat nasional, tudingan bahkan ancaman masih kerap mengintainya.
Apa pasal Gubernur AGK juga kaget.
Kinerja pemerintah daerah Maluku utara mungkin belum sepenuhnya memberikan ekspektasi tinggi bagi pemerintah pusat tetapi seiring waktu, sebagai perwakilan pemerintah pusat di daerah, Gubernur Malut dua periode ini telah menjalankan amanat pemerintah pusat itu dengan hasil yang semestinya tidak mengecewakan bahkan boleh dikata memuaskan.
Lihat saja capaian prestasi kepemimpinan AGK dalam beberapa tahun terakhir ini dimana AGK menggondol sejumlah penghargaan nasional baik dari pemerintah pusat maupun entitas kompeten semisal perguruan tinggi ternama sekelas UGM.
Capaian prestasi tingkat nasional yang di toreh gubernur AGK diantaranya penghargaan pelayanan publik terbaik tahun 2017 dari Kementrian Aparatur Negara atau Kemempan, Indeks Kebahagiaan Terbaik 2017 dari BPS, pertumbuhan ekonomi provinsi terbaik sebesar 7,67%, pengelola Keuangan Terbaik tahun 2017 dari UGM, pengelola pengadaan barang jasa terbaik tahun 2015-2016, Indeks Demokrasi tahun 2017 dari Kemedagri dan Indeks Pembangunan Manusia atau IPM yang meningkat.
Istimewanya prestasi -prestasi ini di raih Gubernur AGK sebagai Gubernur provinsi termuda dengan segala keterbatasan daya dukung politik dan fasilitasnya.
Hitung saja soal dukungan ibukota provinsi saja sudah jauh panggang dari api dengan raihan prestasi nasional diatas.
Sebagai provinsi yang tidak memiliki Ibukota Daerah Otonomi devinitif, dukungan terhadap kinerja pemerintahan dan upaya percepatan akselerasi pembangunan memang sangat lemah.
Status Ibukota Sofifi yang masih kecamatan sementara dukungan kota Tikep yang lemah membuat Ibu kota Sofifi hidup segan mati tak mau.
Ibukota provinsi Malut ini bahkan tidak menarik bagi instansi vertikal semisal Polda, Korem dan Telkom bermukim di sana dan ASN Pemprov Malut pun enggan menetap di Sofifi. Padahal keberadaan mereka bakal sangat mendukung upaya percepatan DOB Kota Sofifi dan menarik minat kelompok kepentingan bisnis dan lainya ikut meramaikan Kota Sofifi.
Musababnya karena terbatasnya fasilitas politik dan pelayanan publik yang masih berpusat di Kota Tidore, terbatas nya fasilitas publik seperti fasilitas air bersih, fasilitas telekomunikasi yang belum memadai dll yang ada pun masih jauh dari memadai.
Meskioun demikian, bagi Gubernur AGK, semua tudingan itu sebagai kritik membangun.Sang Kiyai ini tetap mawas diri dan melakukan otokritik bahwa masih ada yang mestia dia tunaikan dan tuntaskan.Salah satunya Soal DOB Kota Sofifi sebagai Ibukota Peovinsi Maluku utara. Sebab ada yang tersimpan di balik DOB kota Sofifi yakni martabat rakyat Maluku utara dan seperti yang diprediksikan ekonom Dr.Mochtar Adam ada potensi triliunan dana APBN bakal mengalir ke Ibukita Sofifi guna percepatan akselerasi pembangunan di Maluku utara.
Di tengah keterbatasan itu, toh Gubernur AGK tetap mengais harapan positif untuk warganya.Provinsi ke 33 yang baru berusia muda 22 tahun ini menjadi tempat hidup yang damai sejuta lebih rakyatnya ditengah kondisi stabilitas keamanan yang kondusif hingga meraih predikat provinsi terbahagia dari BPS.(***)