“Soalnya sekarang adakah kelompok -kelompok masarakat pemilik kedaulatan, akademisi, partai politik mendorong tema2 itu untuk jadi “arah” atau petujuk untuk semua kita menuju ke peradaban baru yg gemilang. Ataukah cuma puja puji meski tak baik untuk masa depan generasi” Dalam rangka itu pula, mantan jurnalis kawakan Malut ini juga mendorong Media pers sebagai pilar ke 4 demokrasi agar memainkan peran penting dalam mengedukasi maayarakat menuju politik yang beradab.
“Saya minta media pers juga sebagai pilar utama demokrasi harus memainkan peran dan fungsi edukasinya untuk mengedukasi pembaca, termasuk memberitakan fakta bahwa umumnya tdk sedikit kepala daerah usai memimpin harus meringkuh di balik jeruji besi karena korupsi. Padahal saat “berkusa” bagaikan org sangat bersih dan berprestasi dan dipuja puji.”pungkas H.Man Lahabato.
Terakhir H.Abdurahman Lahabato menyarankan masyarakat dan seluruh komponen strategis busa menemukan sosok pemimpin yang sudah selesai dengan dirinya baik kekayaan, kepentingan keluarga dan kelompok sehingga kelak kepemimpinanya benar-benar berguna bagi kemajuan daerah dan kesejahteraan rakyat bukan sebaliknya hanya memperkaya diri dan pada akhirnya rakyat harus kembali mengoleksi pemimpin-pemimpin daerah yang terpidana karena korupsi.
“Siapakah dia sosok yang telah memenuhi sarat itu? Tentu ada. Bagaimana menemukan orang nya? Harus dimulai dengan konsesnsus rakyat lefel atas hingg ke lefel bawa. Apa bole dilakukan? Tentu bole meski tidak mudah.” Pinta H.Man Lahabato(***)
