TAJUK RENCANA. ANTARA PEMIMPIN PRO RAKYAT DAN PEMIMPIN PENCITRAAN.
PIKIRAN UMMAT.Com—Ternate||Pemimpin pro rakyat dan pemimpin pencitraan menjadi trend kepemimpinan saat ini.Sistem pemilihan langsung diyakini merupakan pemicu kuat terhadap eksistensi dua model kepemimpinan ini.
Perbedaannya pemimpin pro rakyat berupaya mengambil hati dan simpati publik melalui kebijakan pro rakyat yang rill sedangkan pemimpin pencitraan melalui pendekatan citra seolah-olah sangat berpihak kepada rakyat.
Manifestasi pemimpin pro rakyat terindikasi dari kebijakan pembangunan yang menyentuh langsung kebutuhan rakyat utamanya rakyat kecil, lemah dan berada pada garis kemiskinan sehingga kelompok masyarakat yang rentang ini dapat terpenuhi kebutuhan hidup dasar mereka secara adil layaknya masyarakat yang berkecukupan.
Bentuk kebijakan itu berupa kebijakan subsidi pendidikan gratis, pelayanan kesehatan gratis, bea siswa dan kebijakan subsidi bidang ekonomi guna meningkatkan pendapatan maayarakat.
Sedangkan bentuk kepemimpinan pencitraan seolah-olah pro rakyat atau merakyat terlihat dari realitas media atas pemberitaan move politik blusukan, bagi-bagi sumbangan kepada kelompok masyarakat tertentu, berbanjir ria, masuk got/selokan atau gotong-gotong tanpa diikuti dengan kebijakan solutif untuk mengatasi permasalahan substantif yang dialami rakyat.
Rakyat perlu mengenali dua pola kepemimpinan ini dan waspada sehingga tidak terjebak dalam arus citra sang pemimpin.
Dalam dunia politik, penguasa yang menguasai semua lini alat kekuasaan dengan mudah membangun politik pencitraan.
Meminjam premis filsuf Ricky Gerung” hanya penguasa yang mampu berbohong secara sempurn.Media bisa dikuasai, statistik milik penguasa, hukum miliki penguasa, militer milik penguasa maka penguasa dengan mudah memanipulasi informasi dan semua aspek guna membangun pencitraan.
Pencitraan sejatinya kebohongan publik sebab pencitraan layaknya polesan mek up pada wajah layaknya paruda dan atau dinding cor sehingga harus di mek up atau diberikan plester an, acian dan dumpul sehingga terlihat seolah-olah cantik natural atau asli.
Pencitraan dalam dunia politik umumnya dilakukan oleh pemimpin-pemimpin politik-pemerintahan otak dikit yang tak mampu mewujudkan janji kampanye dan memenuhi kewajibannya dalam memenuhi kebutuhan hidup rakyat kemudian dengan fasilitas kekuasaan ditanganya dimanfaatkan untuk membangun citra guna menutupi kelemahan dan kegagalan nya.
Sejatinya seorang pemimpin tidak perlu dengan hanya kaos dalam berbasah ria ditengah banjir yang meluap ke pemukiman warga tetapi mengambil kebijakan pembangunan mengatasi banjir itu, seharusnya seorang pemimpin tidak perlu bagi-bagi beras kepada sekelompok warga kurang mampu tetapi perlu mengambil kebijakan agar harga-harga kebutuhan pokok menjadi murah dan terjangkau, sejatinya pemimpin tidak harus memberikan bantuan pengobatan seorang warga yang kurang mampu tetapi perlu membijaki pelayanan kesehatan murah atau gratis bagi seluruh warga kurang mampu dan seharusnya pemimpin tidak perlu memberikan bantuan biaya pendidikan satu anak keluarga tak mampu tetapi mengambil kebijakan pendidikan gratis dan bea siswa bagi seluruh warga tak mampu.Sebab ranah kekuasaan seorang pemimpin formal dari presiden , Gubernur sampai Bupati dan Walikota adalah kebijakan yang dampaknya luas dan menyentuh seluruh rakyat bukan move politik pencitraan yang hanya dirasakan segelintir rakyat.
Bagaimana mengatasi dan melawan pemimpin pencitraan ? Berikan dukungan kuat kepada pemimpin pro rakyat yang sesungguhnya dan tinggalkan pemimpin pencitraan berjalan sendiri dengan kelompok horenya sebagai pembelajaran berharga bagi pemimpin-pemimpin pembohong dimasa yang akan datang !