Sejak empat negara Arab menandatangi Kesepakatan Ibrahim (Abraham Accord) dengan Israel pada 2020, Israel berambisi meluaskan Kesepakatan Ibrahim dengan negara Muslim lainnya, terutama Indonesia.
Perdamaian Indonesia-Israel akan berdampak luas. Yaitu, resistensi negara-negara yang tergabung dalam Gerakan Non-Blok dan Organisasi Kerja Sama Islam terhadap Israel akan melemah. Bahkan, sebagian sangat mungkin akan mengikuti langkah Indonesia.
Pada gilirannya, tekanan atas Israel untuk memerdekakan Palestina juga akan mengendor, sehingga diharapkan upaya Israel menjatuhkan moril Palestina dalam perjuangan kemerdekaan akan rontok. Ini juga yang jadi salah satu alasan utama publik Indonesia menentang kehadiran timnas Israel.
Resistensi publik yang terus membesar membawa rezim Jokowi pada situasi dilematis. Menolak timnas Israel mungkin saja berdampak ekonomi dan politik. Secara ekonomi, hubungan dagang Indonesia-Israel — yang telah terjalin secara resmi sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid — mungkin terganggu.
Volume dagang Indonesia-Israel sebelum pandemi covid-19 sekitar 100 juta dollar AS. Tapi kemungkinan ini kecil karena Israel tak akan mengakhiri hubungan dagang ini. Selain tak dapat dijadikan kartu tawar, pemutusan hubungan ekonomi kedua negara tak berdampak signifikan bagi Indonesia. Sebaliknya, yang rugi besar justru Israel.
Secara politik, bisa saja Indonesia dikecam aktivis, LSM, dan institusi-institusi pro-Yahudi di AS dan Eropa. Qatar sudah mengalami itu ketika entitas-entitas tersebut menekan FIFA agar membatalkan penyelenggaraan Piala Dunia di Qatar terkait pelanggaran HAM di negara itu.
Walakin, bila rezim Jokowi membuka pintu bagi timnas Israel, maka klaim konsistensi pemerintah membela Palestina dipertanyakan. Lalu, tekanan politik publik atas rezim akan semakin jauh menggerus legitimasi pemerintah di tengah kemarahan rakyat terhadap skandal mega korupsi di kementerian keuangan, yang berakumulasi dengan sederet masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi rakyat akibat kenaikan harga-harga bahan pokok.
Ini akan menyempitkan ruang manuver rezim terkait pilpres. Artinya, upaya memperpanjang masa jabatan presiden semakin tidak mungkin. Bahkan, berpotensi menimbulkan gejolak politik yang mendestabilisasi negara.
Tetapi melihat ngototnya pemerintah menyertakan timnas Israel dalam even olahraga itu, saya khawatir ini merupakan upaya sengaja rezim memprovokasi rakyat untuk berbuat kekacauan atau vandalisme, sehingga dapat dijadikan alasan untuk menunda pemilu.
Rezim yang panik atas kemungkinan bakal capres Anies Baswedan memenangkan pilpres di satu pihak, dan syahwat kekuasaan rezim untuk berkuasa lebih lama di pihak lain, dapat mendorongnya mengambil tindakan nekat meskipun itu bisa berakibat keos nasional. Dus, kita harus cermati perilaku rezim dari sekarang terkait isu ini.
Tangsel, 19 Maret 2023 !
Komentar