Ketika di minta oleh Pimpinan Media ini untuk menjadi kolomnis tetap,kami menyepakati bahwa konten kolom adalah tulisan singkat dan ringan,merefleksikan sedikit fenomena keseharian dan berharap ada pesan sekaligus pelajaran [ibrah].
Tidak butuh analisis yang detail.asumsinya,pembaca tak harus di suguhi materi “berat” setiap hari soal situasi kenegaraan,politik,hukum dan macam-macam itu,dia ringan dan memberi sedikit “Oase” di kala pengap dengan keseharian.
Mulanya di rencanakan terbit setiap Jum’at atau Sabtu,menemani akhir pekan yang rileks dan santai.tetapi berhubung pertimbangan teknis-redaksional,tulisan ini nyaris hadir hampir setiap hari.
☆☆☆
Ini cerita masa lalu.Seingat saya,itu terjadi di di 1990-an,kalau tak salah di 1997 ketika pak Amien Rais,yang saat itu menjabat sebagai ketua PP Muhammadiyah,pertama kali datang ke Tidore,Halmahera Tengah,dalam rangka sesuatu acara di lingkungan kemuhammadiyahan yang di sponsori PD.Muhammadiyah dan Aisyiah Halmahera Tengah.Juga Pemuda Muhammadiyah.Saya kebetulan salah satu panitianya.Di saat yang sama,tabloid harian “Republika” yang belum lama di terbitkan ICMI Pusat saat itu,lagi “naik daun”.Pak Amien adalah salah satu penulis tetap di rubrik “kolom” tabloid ini,namanya “Resonansi”,kolom yang jadi idola banyak kalangan terpelajar dan aktivis Islam saat itu.
Selama di Tidore,beliau menghadiri seminar nasional di Gedung Pertemuan [saat ini Mess pemda kota Tidore Kepulauan].Juga,Musyawarah Pimpinan Daerah,Aisyiah dan Pemuda Muhammadiyah.Juga pertemuan dengan beberapa kalangan di internal Muhammadiyah Halmahera Tengah,termasuk pihak eksternal yang saya ingat adalah sekelompok mahasiswa asal Ternate di Guest House di Kotamabopo kelurahan Gamtufkange.Di situ juga beliau menginap.
Ada saat menarik dan jadi memori indah saya adalah ketika kami mengantar beliau untuk mau menelpon ke Jogjakarta.saat itu belum ada handphone.Dengan menggunakan angkot carteran kami menuju kantor Telkom di bilangan jalan Siswa,Indonesiana,di atas pukul 23.00 WIT.untuk mendapatkan fasilitas “Interlokal” berbiaya murah di larut malam begitu.Pilihan menu dan fasilitas telpon paling top masa itu.
☆☆☆
Rangkaian kegiatan di Tidore ini juga,salah satunya adalah Musyawarah Pemuda Muhammadiyah kabupaten Halmahera Tengah,yang menghasilkan kepengurusan yang di nakhodai Husain Alting,saat ini anggota DPD-RI dan juga Sultan Tidore.Saya kebetulan pengurusnya.Kami di lantik oleh pak Syarif Hadler,putra Patani,yang saat itu Pimpinan Wilayah propinsi Maluku sekaligus Wakil Walikota Ambon.Usai di lantik dan memasuki Ramadhan,kami di serahi amanah yang cukup “berat”,setidaknya bagi saya dan beberapa teman.Tak kuasa di tolak.Apa itu?pembagian jadwal Sholat berjamaah sekaligus Tausiah singkat yang saat itu tenar dengan “Kultum”,di pulau Tidore dan Halmahera.Ketika melihat jadwal,seketika dalam hati saya berkata,bolito [bahasa Tidore berarti celaka].Kalau mau jujur,berharap bisa datang terlambat dan kultumnya terlewat.Maklum,belum lama kelar kuliah dan minim jam terbang ceramah agama.Tapi semua itu bisa terlalui dengan “selamat”.
☆☆☆
Usai kegiatan dan kembali ke Jogjakarta,pak Amien menceritrakan pengalamannya selama berada di Tidore ini,sebagai materi yang beliau tulis di kolom Resonansi dalam salah satu terbitan harian Republika.
☆☆☆
Lantas,apa yang hendak jadi pesan dalam tulisan ini?Ya tadi,kisah perjalanan dan kegiatan pak Amien selama di Tidore.Juga sepenggal kiprah persyarikatan Muhammadiyah di masa itu.Pak Amien menjadikan “serba-serbi” muhibahnya sebagai konten kolomnya di Resonansi dan saya mengisahkan pengalaman saya selama mendampingi dan melayani beliau sebagai konten dalam tulisan di media ini.Selebihnya,sudah kami bersepakat di atas bahwa pembaca punya hak untuk rileks dan tak bisa di buat pusing mencerna konten tulisan-tulisan pendek di “kolom” Media ini.Wallahua’lam.!