oleh

ANIES TAK BISA KERJA(Part 3)

-OPINI-122 Dilihat

Dengan konsep jalan untuk kaki, Anies menciptakan kawasan Kota Tua sebagai kawasan yang tidak memandang strata sosial. “Karena kalau jalan di trotoar tidak  ada pangkat dan jabatan. Semuanya sama. Jalannya setara membuat perasaan setara. Siapa saja, baik internasional, domestik, yang punya jabatan maupun tidak, akan bisa menikmati Kota Tua dalam perasaan kesetaraan,” kata Anies.

Pernyataan Anies ini mengejutkan saya.Betapa semua kebijakannya berintikan keadilan sosial dan berpusat pada kebutuhan semua warga tanpa kecuali. Kebutuhan kaum disabilitas pun dipenuhi sehingga memudahkan mobilitas mereka dalam mengunjungi puluhan situs sejarah di kawasan ini.

Baca Juga  Selamat Jalan Bulan Suci, TAQABBALLAHU MINNA WAMINKUM” Semoga Berjumpa Kembali di Ramadhan 1447 Hijriyah

Kota Tua — kini Anies mengembalikan pada nama asilnya “Batavia” — dijuluki “Permata Asia” dan “Ratu dari Timur” pada abad ke-16 oleh pelaut Eropa karena merupakan pusat perdagangan di Benua Asia dan lokasinya strategis dengan sumber daya melimpah.

Pada 1526, Fatahillah dikirim Kesultanan Demak untuk menyerang pelabuhan Sunda Kelapa di kerajaan Hindu Pajajaran. Nama Sunda Kelapa kemudian diubah menjadi Jayakarta. Kota ini mulanya hanya seluas 15 hektare dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa.

Baca Juga  Jokowi semakin tidak jujur saja

Pada 1619, VOC menghancurkan Jakarta dibawah  komando Jan Pieterszoon Coen. Setahun kemudian, VOC membangun kota baru bernama Batavia untuk menghormati Batavieren, leluhur bangsa Belanda.

Penduduk Batavia disebut “Batavianen”, yang kemudian dikenal sebagai suku “Betawi”, terdiri dari etnis kreol yang merupakan keturunan berbagai etnis yg menghuni Batavia. Dlm pembukaan Festival Batavia Kota Tua, 26 Agustus 2022, Anies mengajak warga berwisata ke Kota Tua untuk menyaksikan perjalanan sejarah Jakarta.

Baca Juga  Mengenang Hari ke 7 Kepergian Abadi KH.Ghani Kasuba, Antara Legacy dan Kehilangan

Memang di kawasan ini kita bisa melihat bagaimana perjalanan sejarah kota ini selama 400 tahun, ditandai dengan  bangunan-bangunan yang dibangun sejak 1600-an. Tapi Kota Tua bukan sekadar wisata sejarah, melainkan tempat yang bisa membawa orang melintasi waktu.

Tak sulit mencapai kawasan ini karena revitalisasi mencakup integrasi transportasi di Kota Tua dengan tujuan meningkatkan aksesibilitas melalui integrasi beragam moda transportasi, seperti kereta api, MRT, Transjakarta, hingga angkot.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *