OPINI

ANIES TAK BISA KERJA(part 4)

Smith Alhadar/Penasihat Institute for Democracy Education (IDe)

Ketika Pemprov DKI Jakarta dibawah Anies Baswedan memulai program pmbangunan sumur resapan, partai oposisi di DPRD DKI — PDI-P dan PSI — bersikap sinis dan menunggu kegagalan proyek yang sensitif itu.

Sikap itu bisa difahami bila kita menilik sejarah banjir di Jakarta yang telah terjadi sejak Kerajaan Tarumanagara, 15 abad lalu. Dan tidak ada pemerintahan Jakarta manapun yang berhasil mengatasinya, termasuk Gubernur Ali Sadikin, Jokowi, dan Ahok.

Di era kolonial Belanda, banjir pertama terjadi pada tahun 1621. Sejak itu Belanda mulai memikirkan cara menanggulanginya. Ada dua model terusan yang dibuat. Pertama, terusan yang memotong-motong kota. Kedua, terusan melingkari kota. Terusan pertama dibuat sebagau drainase dan lalu lintas air.

Namun, karena  banjir tak juga bisa diatasi, pada tahun 1913, proyek banjir kanal mulai dijalankan. Hasilnya lumayan. Namun, seiring bertambahnya populasi Jakarta,  pada 1963 bencana banjir tak bisa dihindari.

Dus, Anies menghadapi tantangan berat untuk mengatasi banjir yang ia janjikan dalam kampanye pilgub DKI 2017. Tapi bukan hanya banjir, masalah Jakarta juga berkaitan dengan isu penurunan air tanah. Menurut pusat hidrografi dan oceanografi, tinggi permukaan air Jakarta turun 7 cm per tahun. Di pesisir utara, penurunannya bahkn sampai 20 cm per thn.

Anies menganggap turunnya air tanah di Jakarta bukan hanya karena fenomena alam, melainkan juga kerusakan lingkungan yang disebabkan ulah warga. Untuk menyetopnya, ia bersama tim pengawas terpadu melakukan razia hingga instalasi pengelolaan limbah untuk memastikan gedung-gedung di Jakarta membuat sumur resapan.

Konsep sumur resapan sebagau bagian drainase vertikal adalah: air yang jatuh ke bumi seharusnya bisa meresap ke tanah, tidak semata-mata di buang ke laut. Ini adalah solusi mengatasi masalah air tanah. Pasalnya, air tanah makin sedikit dari hari ke hari. Akibatnya, permukaan tanah terus menurun. Kalau tak diatasi, Jakartaeberpotensi tenggelam.

Selain menyimpan air, sumur resapan menjadi solusi problema banjir. Air yang biasanya tumpah karena tidak tertampung di saluran air mnjadi terserap ke bumi.

Bagaimanapun, sumur resapan Anies menimbulkan kehebohan-kehebohan. Misalnya, di Jln Karang Tengah sumur resapan tetap tergenang air.

Iklan.

Di Lebak Bulus, sumur resapan terlindas mobil politisi PSI sehingga rusak. Proses pembangunannya juga sempat jadi sorotan publik karena mengganggu lalu lintas selama pengerjaannya. Soalnya, permukaan tidak rata dengan permukaan aspal sehingga sempat viral di medsos. Lalu, sbagian ahli perkotaan menganggap sumur resapan tdk efektif.

Ini karena mereka berasumsi sumur resapan dibangun merata di seluruh Jkt. Sementara tanah di pesisir utara bersifat lempung sehingga sulit menyerap air. Mereka tidak tahu bahwa Anies telah memperhitungkan hal ini sehingga sumur resapan lebih terkonsentrasi di Jakarta Selatan.

Ketika terjadi hujan ekstrem pada Juli tahun lalu, yang berakibat terjadi genangan di beberapa tempat, Ketua DPRD DKI dari Fraksi PDI-P Prasetio Edi Marsudi menyindir, lebih baik
sumur resapan dipakai untuk berternak ikan lele.

“Kenapa gue coret anggaran sumur resapan? Buat apa skrang? Contoh Jalan Sriwijaya, Jalan Menteng, itu kan kawasan elite. Nggak pernah dari zaman gue kecil tahun 1963 di Jakarta itu yang namanya banjir di sana, itu nggak ada. Aman benar,” cetusnya.

Tetapi Prasetio kurang fair. Sepanjang periode Anies sampai banjir sejenak tahun lalu, Jkt relatif bebas banjir. Yang terjadi Juli silam pun, kendati terjadi genangan air, kecepatan surutnya menjadi sangat tinggi.

Padahal di beberapa tempat  curah hujan sangat tinggi. Di Kemayoran mencapai 204 mm, Teluk Gong 193 mm, Pulomas 177 mm, dan Kelapa Gading 163 mm. Curah hujan di atas 150 mm adalah kondisi ekstrem. Kapasitas drainase Jakarta sekitar 20-100 mm. Biar begitu, berkat kerja cepat, banjir bisa ditangani cepat sehingga surut pada hari yang sama.

Anies meminta agar penanganan banjir di Ibu Kota diselesaikan secara saintifik, bukan politis. Peneliti Utama bidang Hidrologi BRIN Fakhrudin mengatakan, sumur resapan memiliki dua fungsi. Pertama, sumber resapan. Sumur akan menyerap air kedalam tanah dan menjadikannya cadangan air tanah.

Kedua, sebagai tempat kolam penampungan air guna menstabilkan aliran sungai ketika musim kemarau yang mengalir sebagai baseflow dan menampung air hujan. Pada tempat tertentu, terutama di wilayah Jakarta Selatan, kedua fungsi itu sangat efektif.

Ahli hidrogeologi dari Masyarakat Air Indonesia (MAI) Fatchy Muhammad menilai, sumur resapan berguna bagi cadangan air. Menurutnya, Jakarta pada musim kemarau sering mengalami defisit air rata2 10 m kubik/detik. Sebaliknya, pada musim hujan DKI surplus air sampai 2000 m kubik/detik sehingga terjadi banjir.

Menurut Kepala Dinas Bina Marga, Hari Nugroho, efektifitas program sumur resapan sudah tampak saat ini. Klaimnya tak mengada-ada. Misalnya di Jln D.I. Panjaitan, dekat rumah saya, selalu kebanjiran di musim hujan. Setelah sumur resapan dibuat, jln itu kini bebas banjir.

Karena tingkat efektifitasnya cukup tinggi, konsep sumur resapan ala Anies ini dilirik dan ditiru daerah lain. Ketika Semarang dilanda banjir hebat tahun lalu, pakar hidrologi Politeknik Negeri Semarang, Muhammad Mukhlisin, menawarkan solusi yang paling tepat, murah, serta efektif: membuat sumur resapan.

Wilayah Kota Semarang terdiri dari dua bagian, yaitu Semarang Atas dan Semarang Bawah. Ketika turun hujan lebat, air dari Semarang Atas termasuk Ungaran dan Kabupaten Semarang akan langsung meluncur ke Semarang Bawah. Akibatnya, terjadi luapan air yang melimpah sehingga menyebabkan banjir.

Menurut Mukhlisin, jikadi wilayah Semarang Atas terdapat banyak sumur resapan, setidknya air akan tertahan sehingga air yang turun ke Semarang Bawah bisa diminimalisir. Ditambah, jika di Semarang Bawah juga terdapat banyak sumur resapan, maka air juga akan tertahan sehingga banjir bisa dicegah. Ia meminta Pemkot Semarang membuat kebijakan tegas untuk membangun sumur resapan pada perumahan, pabrik, perusahaan, ataupun perkantoran, persis sama sbgm dilakukan Anies di Jakarta.

Sementara itu, Walikota Surakarta Gibran Rakabuming mengaku banjir besar di Solo baru-baru ini dapat  ia atasi berkat sumur resapan. Karena itu, ia berencana menambah sumur resapan di beberapa titik. Banjir yang melanda Solo disebabkan luapan dari Anak Sungai Bengawan Solo dan Sungai Bengawan Solo. Imbasnya 16 kelurahan kebanjiran.

Berita mengejutkan justru datang dari Jkt. Pj Gubernur DKI Jkt Heru Budi Hartono, yang ditugaskan untuk menghilangkan jejak-jejak Anies di Jakarta, justru memastikan sumur resapan era Anies akan dilanjutkan meskipun PSI menentang.

Alasan yang dikemukakan Sekretaris Dinas SDA DKI, Dudi Gardesi, sama persis dengan apa yang sudah dijelaskan Anies. Yang tak kurang mengejutkan, Prasetio Edi Marsudi yang dulu mengejek Anies, secara malu-malu mengatakan, “Sumur resapan adalah program yang baik.” Anies tak bisa kerja?

Tangsel, 11 April 2023 !

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *