Siapa sebenarnya “pengawal” menu ditempat ini,yang konon Kopi, mie kuah, mie goreng hingga nasi pecelnya paling digemari banyak kalangan?Seorang pendatang dari Jawa. namanya Suparmin.Kami menyapa mas saja.Bersama isteri dan anak selungnya yang ketika mengawal dapur cafe Djoung ketika itu,masih berusia belia.Kini telah SMA dan mereka masih tetap bertahan “mengasapi” cafe Djoung.
Di sebuah WAG,namanya Tidore Bacarita,yang anggotanya mayoritas “penghuni” cafe ini,di akhir Ramadhan lalu,menginisiasi buka puasa bersama.Saya mengikuti tawaran mengumpulkan sekedar biayanya di WAG tanpa berkomentar.Ada yang menarik dan kadang terasa lucu.Saya berniat menulisnya ketika itu tapi harus molor karena sesuatu hal.Buka bersama pun di laksanakan dengan menggunakan sebagian badan jalan karena cafenya lagi tutup, mas Suparmin dan keluarganya mudik, pulang kampung ke Jawa.
Kini,cafe Djoung hadir nyaris tanpa sekat, semua kalangan tumpah ruah di sini.Yang dulunya mengancam dengan otoritasnya, justeru “berkepentingan” untuk sekedar meneguk secangkir kopi di sini.ASN yang dulunya merasa “tertekan”, kini bisa leluasa menikmati mie kuah dan nasi oecek dengan lahap diiringi sedikit senyum.Mas Suparmin,yang sedari awalnya, mungkin tak menduga kalau pilihan berjualan di sini adalah awal bisa punya kehidupan yang lebih baik dan mandiri, bisa terjadi hari.Dia sudah punya rumah tinggal pribadi dan anaknya yang sedang bersiap ke jenjang Perguruan Tinggi.
Apa pesan paling penting di sini?Perubahan ke arah yang lebih baik, apapun itu, dia sebuah keniscayaan.Tak mungkin untuk bisa di bendung dengan cara apapun.Apalagi dengan “ruh” kemanusiaan.Di cafe Djoung, sebagaima, mungkin di tempat lain yang sama, spirit untuk berubah,mengejar cita rasa dan menolong sesama adalah “variabel” yang bikin tempat ini bisa melampaui zaman.Djoung, penamaan yang memang sengaja mengadopsi rentetan sejarah Sumpah Pemuda, sebuah “sumpah” untuk berubah.Saya mengirim tulisan pendek ini untuk di terbitkan di sertai pesan buat Pemred media ini di Ternate : kapan-kapan saya jemput kita mampir di Cafe Djoung.Wallahua’lam.
Komentar