Pertemuan itu terjadi beberapa waktu lalu,di Ramadhan ini.Dan seperti terencanakan.Dari pelabuhan Rum,Tidore,saya menumpangi Feri menuju Bastiong.Dan beliau,bersama sang isteri tercinta,sedang menunggu di terminal penumpang untuk menyebarang dengan Feri juga,ke Sofifi,pusat pemerintahan provinsi Muluku Utara.
Sosok ini adalah Miftah Baay,karib saya yang juga kepala Badan Kepegawaian Daerah pemerintah provinsi Maluku Utara,yang baru di lantik beberapa hari sebelum pertemuan kami.Kami bertemu di masjid kecil kompleks pelabuhan Feri itu saat menunaikan sholat Magrib.Saya sendiri berbuka puasa di Feri,dan beliau,mungkin di terminal penumpang tadi bersama sang isteri.
Usai Salam di penghujung sholat,saya tanpa sengaja menoleh ke depan agak menyamping,dan melihat karib ini di shaf berselisih satu dengan saya.Usai sholat,saya menghampirinya,dia kaget.Sedikit obrolan bernada canda sebagai pembuka,maklum,kami terbiasa bercanda sejak lama.Kami relatif seusia,saya memanggilnya kaka,begitupun sebaliknya.Dan beliau memang tipenya begitu.Hampir setiap masalah,terkesan di hadapinya dengan ringan,bahkan se”ringan” bercanda itu.
Jujur,saya kaget bisa bertemu beliau di sini.Setelah di telisik,karib ini mengaku sedang bersama isteri menunggu penyeberangan ke Sofifi.Kebetulan besoknya Senin,harus apel pagi sebagai ASN di kantor.Sampai di sini saya agak “kaget”,meski berusaha untuk berekspresi biasa saja.Usainya,beliau bersiap ke terminal tadi dan saya menuju ke Santiong,kediaman almarhumah Mertua saya.
Pesan apa yang hendak saya tulis di sini???Saya mengenal sosok ini sejak pindah ke pemerintahan provinsi Maluku Utara tahun 2016,sejak beliau masih sebagai kepala Biro Pemerintahan sebelum ke BPSDM hingga ke BKD.Secara pribadi,saya terkesan dengan sosoknya yang begitu familiar.Saya punya memori suatu ketika bersama beliau,kami menusuri setengah pulau Ternate berkendara sebuah mobil Pick-Up yang di modifikasi,punya karib ini,menghadiri sebuah acara keagamaan yang juga di hadiri gubernur K.H.Abdul Gani Kasuba,Lc.di “belakang gunung”.Saya lupa nama kampungnya.Kami menikmati perjalanan ini,sesuatu yang termasuk paling berkesan dalam “buka jiwa” saya.
Jauh sebelum pemerintahan AGK-YA saat ini,mendorong slogan “Sofifi Rumah Kita” untuk membangun semangat cinta dan berdomisili di pusat pemerintahan ini kala itu,di sebuah postingan Facebook di akun isterinya @Yati Mietha,saya sempat melihat ada kegiatan bersih-bersih rumah bersama sang suami,untuk siap di tempati di perumahan ASN yang pertama kali di bangun di pemerintahan ini.Jika yang lainnya berkoar dengan slogan ini di mana-mana khususnya di media sosial tetapi faktanya justeru menjadikan Sofifi hanya sebagai wilayah “transit”,tidak demikian dengan karib ini.Dalam diam,dia mungkin menyadari hingga menjiwai benar bahwa dia adalah sosok yang harus memberi contoh paling pertama bagi semua ASN yang banyak itu,terlepas segala plus-minusnya.Dia tipikal Pamong yang kental berkarakter persuasif dan mengayomi.Yang saya tahu,karib ini berdomisili di sana sudah cukup lama.
Yang saya kaget saat bersua di Masjid tadi karena ini yang spontan terpikirkan saat itu tetapi baru di tulis sekarang : saat Ramadhan,ketika banyak orang mungkin berpikir bahwa di bulan ini,segala aktifitas termasuk beribadah,harus di pusatkan di kediaman masing-masing bersama semua anggota keluarga,karib ini mungkin tidak demikian,sepertinya tak “terpengaruh” suasana Ramadhan di kota “metropolis” yang memanjakan itu,Ternate.Bagi saya,ini.sesuatu yang jarang di temui.Konsistensinya,bukan kebetulan.Saya sudah sering “ngopi bareng” beliau di kediamannya di sudut Ternate yang asri dan nyaman.
Jika saat ini,dia di percayakan mengemban amanah sebagai kepala Badan Kepegawaian Daerah maka itu terasa pantas.Paling tidak,mantan Pejabat Sekretaris Daerah Kota Tidore Kepulauan ini,telah menjadi figur yang bisa memberi contoh.Dan sekurang-kurangnya contoh itu adalah menjadi “pioner” untuk turut mewujudkan impiang atasannya,”membumikan” slogan “Sofifi Rumah Kita”.Wallahua’lam.
#ramadan karim.