OPINI

Penghujung Ramadhan di Masjid Nyili Gamtufkange [Part.32].

Anwar Husen/Kolomnis Tetap.

Tadi malam,sebagaimana sudah sering,saya Tarwih di masjid lama saya,masjid induk Nyili Gamtufkange,di kelurahan Gamtufkange,Tidore.Sebagai masjid yang punya pertautan erat dengan kesultanan,umumnya punya Tarwih 20 rakaat di tambah 3 rakaat Witir.

Saat menuju ruang wudhu,terdengar celoteh seorang bocah yang buru-buru bersama beberapa teman sebaya sedang menuju ruang yang sama karena keburu “terlambat”.

Rupanya,terdengar suara sang imam yang di kenali,telah memulai sholat Isya.Ini celotehannya : cepat,malam ini pesawat.Saya menangkap maksudnya hingga terasa lucu.Analog “pesawat” ini maksudnya agak cepat,kalau tak bisa di bilang super cepat,bila di imami anak muda yang fasih bacaannya ini.Dia mantan Lurah di sini dan anak didik saya yang penurut di SMA dulu.
☆☆☆☆☆☆☆
Di masjid Muttaqien,Ternate,saya Tarwih di sini di awal Ramadhan lalu.Ada dua hal yang “mirip” dengan masjid di Gamtufkange tadi,20 rakaat di tambah Witir dan “kecepatan” sang imam.Di beberapa masjid di kota Ternate di Ramadhan ini yang saya pernah jamaah,termasuk Masjid Raya Almunawwarah,mungkin di masjid ini,kecepatan sang imam di malam itu terasa “berbeda”.
☆☆☆☆☆☆☆
Mengingat situasi di dua masjid berbeda saat Tarwih tadi,sontak ingatan saya tertuju pada postingan-postingan di akun Facebooknya karib saya,@Hasby Yusuf,di momentum Piala Dunia di 2022 lalu.Dia kerap membanggakan dengan maksud bercanda sesama pendukung kontestan,kecepatan salah satu pemain dari tim kesayangannya yang potensial jadi kontributor gol timnas negara itu dengan istilah “kecepatan cahaya”.Mengingatnya,terasa ada yang lucu.
☆☆☆☆☆☆☆
Di 23 April lalu,di sebuah Tweetnya,DR.KHM.Luqman Hakim,menulis : “Seluruh Ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi saw,sesungguhnya mengandung seluruh makna Syariat,Thariqat,Hakikat dan Ma’rifat.

Jadi aneh kalau tanya mana dalil ayat atau Hadits tentang Tasaswuf,ya semua ayat dan Hadits itu sufistik”.Tweet ini tertayang 6.826,saat saya melihatnya semalam.Dia seorang “guru” Tasaswuf yang cukup di kenal.Dan Tweetnya ini,mungkin bermaksud “meluruskan” pemahaman sebahagian kalangan seperti yang sering kita dengar.
☆☆☆☆☆☆☆
Di sebuah kesempatan ketika hendak menyeberang dari pelabuhan Bastiong ke Rum,Tidore,di saat malam,saya mendapati opsi harga yang tak biasa,agak menaik.

Alasannya,karena situasi laut sedang kurang bersahabat dan harus menggunakan satu mesin pendorong saja.Saya memakluminya meski belum memahami benar apa konteks “masalah”nya.Di sebuah obrolan dengan teman-teman,baru saya paham maksud sang motoris tadi bahwa dalam situasi tertentu,memang harus menggunakan satu mesin karena tidak bisa “balapan”.Akibatnya,BBM boros dan harga sewa sedikit membengkak.
☆☆☆☆☆☆☆
Sampai di sini,terasa begitu banyak “korelasi”nya untuk bisa menjelaskan maksud,hingga kontekstualisasi dari rentetan “peristiwa” kecil di atas.

Begini,memahami “kecepatan cahaya” sang imam di dua masjid berbeda saat Tarwih tadi,sebagaimana saya menunda untuk “menerka” maksud sang motoris yang mematok harga sewa speedboatnya,jadi tak biasa di malam itu,mungkin bisa di dekati dengan kontekstualisasi “peristiwa” seperti mungkin,maksud yang tersirat dari Tweetnya sang Kyai tadi.Memahami Tarwih secara “utuh” dari segi hakikat bagi kalangan tertentu,adalah memahami rangkaian peristiwa yang saling berkait dari keutuhan “orkestrasi” kemahakuasaan dan keagungan penciptaanNya.Tarwih “hanya” ada di Ramadhan.Dia memiliki konteks “sendiri” untuk di pahami.Kecepatan cahaya sang imam tadi,boleh jadi adalah penanda ekspresi “gembira” untuk menyongsong puncak sebuah momentum “suka cita” hakikat diri yang harus di sambut “gegap gempita”.Sama seperti hakikat zakat Fitrah sebagai rangkaian “terakhir”nya.Saya mengingat Hadits yang mengaitkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan analog menguatkan kain sarung,seolah bahwa “kecepatan” harus lebih di pacu lagi melebihi di waktu biasa.

Tentu sebagai yang memahaminya tak seperti sang Kyai tadi,mungkin akan bertanya-tanya dalam hatinya,bacaan apa yang terucap dari sang imam,di persingkat atau mungkin tak ada bacaan sama sekali,hanya mereka yang “tahu”.Dan yang kita tahu,kita bermakmum pada mereka.Yang di pahami sang imam,tugas mengimami,tentu sesuatu tugas yang di persyaratkan dengan syarat-syarat “tertentu”,tak sekedar menurut literatur-literatur “kunci ibadah” yang ada di toko-toko buku.Saya memahami “konteks”nya mungkin begitu.
☆☆☆☆☆☆☆
Saat hendak menyudahi tulisan pendek ini,dari corong masjid,terdengar lantunan pengajian dan terjemahan surat An-Anur ayat 35 dari seorang Qariah terkenal,sebagai penanda waktunya Sahur : …..,Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki,dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia.Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.Wallahua’lam.

#ramadan karim.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *