Beberapa pekan kemarin,ada heboh besar di Dunia Sepakbola negeri ini.FIFA sebagai otoritas sepakbola tertinggi sejagat,mencabut status Indonesia sebagai Tuan Rumah penyelenggara event Piala Dunia U20,yang dengan status itu,kita bisa bikin sejarah : Timnas U20 “lolos” Piala Dunia.Banyak “sandiwara” berkelindan di seputar alasan boikot Timnas Israel ini,mulai dari solidaritas dan simpati kemanusiaan hingga terendus motif politis.Ada tokoh politik hingga Lembaga Keagamaan dan Kemanusiaan yang menyuarakan aksi boikot ini.Pihak yang membela sebagaimana pihak yang memboikot,sudah di duga,argumennya macam-macam.☆☆☆☆☆
Di Palestina pekan-pekan ini,warga muslim di sana menjalani puasa Ramadhan penuh ancaman dan kekacauan.Bahkan bukan kali ini saja,kabar begini sudah bukan hal yang baru lagi dari Ramadhan ke Ramadhan.Di bulan yang di muliakan oleh segenap umat Islam saja,begitu perlakuan yang di terima oleh warga Palestina di Gaza,apalagi jika itu bukan di Ramadhan.
Di Twitter,akun putra Galela,Maluku Utara yang juga pekerja kemanusiaan, @abdillahonim mengabarkan setiap saat perlakuan tentara zionis Israel yang di terima warga Gaza hingga nyaris di separuh Ramadhan ini : serangan roket jelang Berbuka dan Sahur hingga membubarkan sholat berjamaah secara paksa di masjid Aqsa adalah pemandangan yang nyaris biasa di setiap Ramadhan.Di sebuah potongan vidio,terlihat seperti pasangan suami-isteri yang sedang berjalan dengan santai sambil menjinjing samacam kantong belanjaan di tengah serangan roket zionis Israel yang melintasi kota.Bertaruh dengan nyawa bagi bagi warga Palestina di Gaza khususnya,mungkin sudah jadi hal yang amat biasa.Nyawa seolah tak lagi mahal “harga”nya.
☆☆☆☆☆
Tadi di saat sholat Jum’at,di masjid yang banyak kesannya dalam hidup saya hingga saat ini,di kelurahan Gamtufkange,Tidore,sang khotib mengingatkan tentang keutamaan bulan Ramadhan termasuk sholat Jum’at.Memang sudah sering kita dengar dan tahu.Yang bikin saya sedikit terbawa emosi adalah beberapa analog sederhananya.Bahwa kerinduan berjumpa bulan penuh magfirah ini,terpatri dalam bathin setiap mukmin yang paling dalam.Seperti ada yang menggerakan hati ini untuk rindu bertemu dan tak kuasa berpisah hingga “melepas”nya dengan linangan air mata.Banyak orang yang diam-diam,mungkin berdoa dari hati paling dalam hingga” bermandikan” air mata,hanya meminta untuk bisa di beri umur panjang untuk di pertemukan lagi dengan Ramadhan,tetapi banyak juga yang mungkin terlihat tak kesampaian karena telah lebih dulu berpulang,bahkan hingga sehari sebelum datangnya bulan penuh rahmat ini.Khotib muda inipun mengingatkan bahwa kita yang masih berumur panjang dan bisa mengobati kerinduan bertemu Ramadhan dan saudara-saudara kita yang lebih dulu berpulang,juga sama,tak beda : terobati rindu mereka bertemu sang Rabbnya,pertemuan istimewa sesama “perindu”.
☆☆☆☆☆
Sesuatu yang sering di lakukan atau di alami,jadi “biasa”.Saudara kita yang sedang berbaring karena sakit,apalagi sakit menahun,ketika mendengar suara adzan,mungkin saja kerinduannya tiba-tiba datang beriringan dengan air mata yang tanpa terasa membasahi pipinya.Sama seperti yang sedang mendekam di Lemabaga Pemasyarakatan : kerinduannya Berbuka ataupun Sahur bersama keluarga harus di pendam sekian lama karena situasinya memang begitu.Mereka terpaksa “menunda” benih-benih rindu itu dengan hati yang pilu dan air mata penyesalan.
Karib kita yang mungkin sedang berbaring karena sakit menahun tadi,sebagaimana saudara-saudara kita yang saat ini sedang mendekam di balik terali Lembaga Pemasyarakatan,mereka sedang merindukan sesuatu yang jarang di alami ataupun di lakukannya di saat-saat tertentu,mulai dari solat Jum’at hingga Sahur dan Berbuka bersama keluarganya di bulan Ramadhan.
Sama seperti saudara-saudara kita di Gaza,Palestina,yang merindukan sesuatu yang jarang terjadi dan di alami di setiap waktu : suasana Ramadhan yang nyaman seperti di kampung sang khotib tadi.Wallahua’lam.
#ramadan karim.