oleh

THINKING THE UNTHINKABLE

-OPINI-103 Dilihat

Atau sekonyong-konyong Gerindra bergabung dengan KPP dengan kesediaan Prabowo untuk tidak menjadi apa-apa atau menjdi bakal cawapres Anies setelah menyadari PKB akan bergabung dengan PDI-P. Kalau ini terjadi, KIB akan goyah karenadua hal. Pertama, elite tiga parpol ini akan ditekan konstituen mereka untuk bergabung dengan KPP. Kedua, peluang Anies memenangkan pilpres kian membesar. Toh, mereka tahu bahwa, sesuai hasil survey, mayoritas pemilih PAN dan PPP akan mencoblos untuk Anies. Sementara paling tidak setengah dari pemilih Golkar merupakan pendukung Anies.

Pembicaraan koalisi masih dinamis. Ini menunjukkan parpol-parpol di KIB dan KKIR belum daoat diyakinkan bahwa Ganjar merupakan penjamin kemenangan. Ini, setelah Ganjar dideklarasikan sebagau bakal capres PDI-P, timbul pro-kontra di medsos. Kendati banyak yang mendukung, tak sedikit juga yang menentangnya sambil mengungkap sisi-sisi negatifnya. Lalu, publik mulai membanding-bandingkan Ganjar dengan Anies di mana terlihat Anies jauh lebih unggul di semua aspek. Sebelum Ganjar dipastikan sebagai kompetitor Anies, publik hanya berimiginasi tentang kualitas masing-masing secara terpisah. Begitu mereka dihadap-hadapkan, terlihat Anies punya kepemimpinan konseptual yang operasional, berintegritas, punya rekam jejak yang kinclong, dan capaian-capaian gemilang ketika memimpin Jakarta yang tak sebanding dengan capaian-capaian Ganjar.

Baca Juga  Ramadhan bulan Kejujuran

Dus, Ganjar kini terlihat tidak sehebat dari yang dibayangkan sebelumnya. Tapi PDI-P sudah berada di point of no returun, titik yang tidak memungkinkannya lagi untuk mundur. Dengan demikian, tindakan Mega memungut kembali Ganjar dari tempat  sampah — sebelumnya, atas perintah Mega, pengurus teras PDI-P mendiskreditkan Ganjar sebagai tokoh pencitraan tanpa prestasi — sangat bersifat spekulatif, pragmatis, dan oportunistik menghadapi realitas politik yang tidak menguntungkannya.

Baca Juga  Catatan Pimred : SAYA TALIABU Menangi Pilkada Kabupaten Pulau Taliabu, Era Baru Atau Sama Saja Kah

Kini Mega bergantung pada belas kasih Jokowi dan Prabowo, yang apabila mereka berniat menyingkirkan Ganjar dari arena pilpres, yang juga berarti menyingkirkan PDI-P dari pemerintahan mendatang, hal itu mudah saja dilakukan dengan cara menghalangi KIB dan KKIR bergabung dengan PDI-P. Kl itu terjadi, PDI-P tak akan pernah lagi menjadi partai terbesar kalaupun ia masih eksis pasca pilpres karena dua hal. Pertama, terjadi perpecahan di internal partai di mana wibawa Mega sebagau pemimpin partai akan runtuh. Kedua, kemungkinan trah Soekarno tak lagi berperan pada pilpres 2029 ketika saat itu usia Mega sudah sangat uzur (82 thn).

Kendati yang dipaparkan ini merupakan “the unthinkable”, sejarah mengajarkan kepada kita bahwa hal-hal yang tadinya tidak terbayangkan akan terjadi, ternyata terjadi dengan mudah. Sebelumtragedi G30S, tidak ada orang Indonesia yang berpikir Soekarno, tokoh besar yang disegani, dapat dijatuhkan. Sebelum krisis moneter 1997, juga tidak ada orang Indonesia yang berpikir strong man Soeharto bisa dilengserkan. Dus, pencapresan Ganjar yang dianggap aset politik PDI-P untuk menghegemoni parpol lain, mungkin saja merupakan langkah yang keliru. Artinya, bisa jadi PDI-P telah masuk  perangkap yang diciptakan sendiri akibat tindakan kedaruratan yang didorong pragmatisme, oportunisme, dan tekanan oligarki, yang biasanya bekerja di luar keniscayaan sosial dan politik. Harus diingat bahwa pada akhirnya penentu akhir dari permainan yang diciptakan elite penguasa ini adalah rakyat, yang belakangan makin kritis dan militan dalam menyikapi aksi-aksi elite yang jauh dari aspirasi mereka. Kita tunggu saja apakah the unthinkable bisa diwujudkan.

Baca Juga  Obituari AGK : PERGINYA ‘THE LEGEND OF DAKWAH”

Tangsel, 25 April 2023

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *