Situasi politik saat ini memang tidak biasa. Variabel-variabelnya tidak bebas. Semua ditentukan Sang Dalang. Anda akan keliru kalau membaca politik hari ini dengan kaca mata dan analisis normal. Sebab, penentu permainan bukan para parpol. Sekali lagi, bukan. Mereka tidak punya pilihan kecuali mengikuti petunjuk dan skenario Sang Dalang. Inilah loyalitas total.
Jika anda ingin membaca politik hari ini, bacalah sekenario Sang Dalang. Apa mau dan yang dikehendaki Sang Dalang, itu bisa menjadi petunjuk untuk membuat analisis politik.
Misalnya, Sang Dalang inginnya dua pasang capres di 2024. Maka, anda harus menganalisis sebesar apa kemampuan pihak lain, baik oposisi maupun pihak yang tidak setuju dengan langkah politik Sang Dalang untuk menghadangnya. Analisis politik fokus ke obyek adu kuat ini. Siapa paling kuat, di situlah eksekusi politik terjadi.
Kalau Sang Dalang lebih kuat, maka ini akan terjadi. Kalau pihak yang menentang lebih kuat, maka gagasan itu dipending untuk kemudian muncul kembali di waktu yang tepat. Setelah itu, adu kuat lagi. Kata Ibnu Khaldun, Bapak perintis ilmu sosiologi paling awal, pemenang adalah yang paling kuat. Bukan paling baik.
Cerita ini juga berlaku untuk gagasan tiga periode, tunda pemilu, dan terakhir capres dua pasang. Nah, jika anda ingin tahu bagaimana dinamika pilpres 2024, baca kekuatan yang berhadapan antara Sang Dalang dengan lawan-lawan politiknya.
Ada yang bertanya: bagaimana nasib Anies Baswedan? Akankah ia dapat nyapres? Jawabnya ada pada adu kuat antara Sang Dalang dengan SBY. Tidak bisa keluar dari jalur ini. Karena ini yang tersisa. Sedangkan Nasdem dan PKS aman. Keduanya konsisten dan berada di garda terdepan pengusung Anies. Terutama Nasdem yang berani ambil risiko sejak awal deklarasi Anies.
Komentar