Saat ini, sedang berproses “pencaplokan Partai Demokrat”. Kalau SBY tidak cukup kuat untuk mempertahankan partainya, ya SBY wassalam. Ini akan mempengaruhi pencapresan Anies.
Tidak otomatis Anies gagal. Tapi, untuk mencari pengganti Demokrat, itu tidak mudah. Sang Dalang tahu bagaimana gagasan dua pasang capres itu bisa terlaksana. Maka, Anies harus gagal. Gagal dengan cara dijegal. Dan Sang Dalang tahu bagaimana cara menjegalnya. Kisruh di KPK juga dianggap publik bagian dari skenario dua paslon, dengan menjegal Anies. Sepertinya, sekenarionya tidak mulus.
Jika ternyata skenario dua paslon gagal, dan Anies tetap maju di pilpres? Maka, dinamikanya bisa jadi hampir mirip dengan pilgub DKI 2017 dan pilpres 2019. Akan muncul begitu banyak oknum yang ikut “ngrusuhi” pemilu. Tahu-tahu ada TPS yang semua pemilihnya coblos satu paslon. Yang lain gak dapat satu suara pun. Marak money politics, berhamburan sembako bertruk-truk, dan yang agak ngeri kalau ada yang melakukan intimidasi. Situasi bisa terbelah dan sangat gaduh. Ironis memang. Tentu, kita semua tidak menginginkan hal itu.
Idealnya, pemilu itu fair play, transparan, aman dan adem ayem, semua memikmati dan bergembira, berjalan secara normal sesuai ketentuan hukum yang berlaku, KPU dan Bawaslu bersikap netral dan adil. Itu mah harapannya. Tapi, fakta di lapangan seringkali memang jauh dari harapan. Tanda-tanda ke arah itu nampaknya semakin menakutkan. Gak asik…
Purwokerto, 4 Mei 2023.
Komentar