Mungkin yang dirisaukan rakyat Malut adalah seberapa berfaedahnya kunjungan Wapres ke Maluku utara ini untuk daerah dan rakyat dengan anggaran lawatan yang mungkin diatas kisaran milyaran rupiah itu.
Dilihat dari agenda dan pernyataan Wakil Presiden, nampaknya Wapres hanya bisa sebatas janji diselingi ungkapan yang cukup menyedapkan pendengaran rakyat Maluku utara.Gubernur Maluku utara H.Ghani Kasuba yang juga seorang Kiyai seolah tak kena lelah lagi untuk mengambil kesempatan meminta Wapres memperhatikan asa DOB Sofifi, Ibukota Provinsi Maluku utara.Asa yang kesekian kalinya orang nomor satu Malut ini seolah tak kenal lelah dia titipkan baik kepada Presiden, para menterinya, kunjungan DPR RI dan KNPI atau kepada siapapun yang berkunjung ang ke Maluku utara.Apa boleh buat tai kambing bulat-bulat yang penting disampaikan.
Selain DOB Sofifi, Wapres menetapkan Maluku utara sebagai titik nol jalur rempah.Sang Kiyai nampak menyasar konseptual besar Malut titik nol Jalur rempah dunia mulai dari hulu sampai ke hilirisasi.Kata Wagub, hilirisasi malut titik nol jalur rempah dunia lebih menjanjikan daripada sektor lain karena konsepsi ini telah membumi secara substansial.Orang malut adalah petani rempah baik pala, cingkeh dan rempah-rempah lainya serta telah dikenal pasar global sejak jaman kolonialisme berabad -abad silam.
Entah mengapa, konsesi Wapres ini justru mengundang skeptis jika tidak dikatakan mengundang lucu.Kapan pemerintah menyiapkan regulasi dan kebijakan hulu dan hilirisasi Malut titik nol jalur rempah dunia ? Itu yang melahirkan skeptisme publik yang artinya pemerintah seperti tiba masa tiba akal dan dari pada dari pada datang tidak membawa kabar baik apa untuk Malut, lebe bae -lebe bae mumpun telah ada dalam sejarah ya di terusin aja sebagai sebuah konsepsi.Ya hitung-itung buat wacana dialektis untuk aktivis dan pakar Malut lah.
Tetapi sebagai orang moloku Kie Raha yang terkenal bae hati, kita terima saja konsepsi Wapres sebagai sebuah cita-cita masa depan, siapa tahu terpilih Presiden baru yang bervisi perubahan yang kelak bisa mewujudkan asa itu.
Skeptisme juga lahir dari kalkulasi masa jabatan Wapres yang terhitung tinggal setahun lagi.Pertanyaan rakyat Malut, apa yang bisa dilakukan Wapres dengan masa jabatan yang singkat itu dengan sebuah konsep besar yang butuh waktu itu.Apakah investor akan sekonyong-konyong mengiyakan pemikiran dan kemauan Wapres yang akan meletakkan jabatan setahun lagi itu ?Sudah pasti tidak, karena investor butuh kepastian politik jangka panjang bukan jangka pendek apalagi terkait hilirisasi yang harus bangun pabrik segala.Sebuah resiko jika Presiden baru justru berpikir lain tentang Malut.
Komentar