Dear Presiden,
Soeharto dijatuhkan bukan lantaran melanggar konstitusi — setidaknya itu bukan isu yang disuarakan mahasiswa dan mustazafin — melainkan korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang sejarang Bapak lakukan juga.
Soekarno dilengserkan juga bukan lantaran melanggar UUD 45, melainkan insiden politik yang dihasilkan oleh kesalahan membangun kekuatan politik nasional dengan tujuan memperkuat kekuasaannya. Ini juga yang Bapak lakukan sekarang.
Terus terang, dari sisi konstitusi, pelanggaran yang Bapak lakukan lebih serius dan mencolok ketimbang apa yang dilakukan dua presiden itu. Sebenarnya yang diungkap Denny terkait abuse of power bukan isu baru.Sudah lama mustazafin memperingatkan Bapak tentang hal itu.
Bahkan, lebih dari itu, mereka juga menyorot kebijakan-kebijakan ngawur dan mubazir bidang ekonomi yang Bapak lakukan. Juga kebebasan berpendapat dan pelanggaran HAM. Tapi Bapak cuek bebek.
Nilai lebih dari apa yang disampaikan Denny dari Melbourne adalah keberaniannya mengikuti suara hatinya untuk mendesak parlemen melucuti kekuasaan Bapak. Pasalnya, Bapak menggunakannya untuk menciptakan pemilu curang.Tidak mungkin presiden yang menguasai tentara, polisi, birokrat, dan institusi-institusi pemilu — dan telah menyatakan akan berpihak pada capres tertentu — akan menyelenggarakan pemilu yang fair. Demokrasi pun terancam. Ternyata, Bapak bukan anak kandung gerakan reformasi.
Dear Presiden,
Keberanian menyuarakan kebenaran adalah awal dari gerakan besar. Ketidkpuasan terhadap Soeharto sudah sangat lama disuarakan mustazafin, tapi suara itu baru menjadi api yang berkobar setelah dikumandangkan Amien Rais.
Tentu saja setelah hadir kondisi ekonomi yang memungkinkan hal itu terjadi. Kondisi ekonomi sekarang mungkin belum seburuk menjelang Soeharto ditumbangkan, tapi abuse of power Bapak telah membangunkan mustazafin.
Ingat, Amien Rais masih hidup! Juga Rizal Ramli dan Faisal Basri. Beberapa waktu lalu Amien Rais bersuara keras tentang perilaku ugal-yg akan pemerintahan Bapak. Jangan mengira Amien kini telah menjadi macan ompong yang sedang menunggu ajal.
Suara mustazafin tidak mengenal usia. Pikiran Amien masih jernih dan protesnya masih didengar banyak orang.Rupanya Bapak harus tahu juga bahwa revolusi Iran 1979, salah satu revolusi terbesar sepanjang sejarah, digerakkan oleh lelaki yang sudah uzur.
Ketika itu Iman Khomeini telah berusia 79 thn. Lebih spektakuler lagi, ia menggerakkan revolusi dari pengasingan yang merobohkan monarki berusia 2.500 tahun dengan kekuatan militer terbesar kelima di dunia dan didukung AS.
Boleh jadi Denny tak dapat memobilisasi gerakan massa dari Melbourne, tapi suara kebenarannya — yang juga disuarakan mustazafin semacam Rocky Gerung — akan terus menggelinding bak bola salju. Lalu, berubah menjadi gerakan sosial massif, yang lazimnya tak dapat dibendung oleh kekuatan apapun juga.
Dear Presiden,
Sebaiknya sekarang juga Bapak tampil di tengah publik untuk berikrar tobat nasuha. Bapak harus berjanji sunghuh-sungguh bahwa Bapak akan memerintahkan bawahan Bapak, KSP Moedoko, untuk berhenti membegal Partai Demokrat. Aksi Moeldoko, yang sangat mungkin disuruh Bapak, terlalu menjijikkan.
Caranya: batalkan persetujuan tukar guling KPK dengan MA. Sebagaimana dikatakan Denny berdasarksn info yang diklaim valid, KPK memaksakan MA mengabulkan Peninjauan Kembali Moeldoko kalau tidak ingin kasus-kasus korupsi di sana dibongkar KPK.
Komentar