OPINI

MENEROPONG “PART” YANG TERLEWATKAN : Apresiasi untuk Seorang Senior.

Oleh : Aboebakar Noerdin,Mantan Juranalis

Menulis sesungguhnya bukanlah perkara mudah. Ia agak berbeda dengan berbicara. Menulis memerlukan usaha lebih, menulis memerlukan keteraturan baik, baik dari susunan kata maupun penggalan transkip yang mau kita sampiakan. Saat menulis ide-ide yang ingin kita sampaikan harus benar-benar tersusun rapi, terkadang kita mendapatkan ide untuk menulis, tetapi ide tersebut masih berantakan dipikiran kita. Untuk benar-benar menata ide tersebut, kita harus menulis

Pengantar ini, merupakan sebuah apresiasi terhadap munculnya puluhan “part” tulisan ringan oleh salah seorang senior kami di HMI, Anwar Husen. Mantan Kepala Dinas Pendidikan Kota Tidore Kepulauan dan Kepala Pariwisata Provinsi Maluku Utara. Birokrasi aktif ini, mulai menuangkan gagasan singkatnya dengan tema yang berfariasi, tetapi memilik makna terhadap perubahan sosial yang cukup besar. Tema-tema yang disampaikan dalam tulisannya menurut saya terkesan sederhana dan luput dari perhatian orang. Di Part (49) misalnya, “Kisah Inspratif, Tak Mudah Lupa Diri”. Adalah semacam interupsi keras terhadap kebiasaan dan gaya hidup bagi kita yang sering melupakan kebaikan dan jasa orang lain. Juga part lainnya yang penuh makna dan pembelajaran kuat. Saya tidak dalam kapasitas menilai semua part dalam tulisan itu, tetapi kebiasaan baru senior yang satu ini, jarang ditemukan. Sebagai seorang birokrasi aktif, Ko Anu, begitu sapaannya, “banting stir” dari rutinitas sebagai seorang ASN, menjadi penulis aktif bahkan boleh dibilang penulis tetap disalah satu media online. Dalam satu minggu terlihat dua tulisan singkat yang enak dibaca dimedia tersebut.

Kebanyakan orang lebih mudah mengungkapkan pemikirannya secara lisan daripada menulis. Padahal dengan menulis kita telah mewariskan dan melestarikan wawasan serta ilmu pengetahuan pada generasi selanjutnya. Tak hanya itu, menulis juga menghasilkan kepuasan bathin yang tidak bisa diungkapkan ketika hasil tulisan kita dibaca atau diapresiasi oleh orang lain. Bahkan menurut JK Rowling, seorang Penulis dan Produser film terkenal di Inggris, mengungkapkan, menulis merupakan terapi bagi jiwa

Masih ingat film tentang Habibie dan Ainun? Film yang diangkat dari kisah nyata mantan Presiden B.J. Habibie dan istrinya, berdasarkan buku yang ditulis oleh B.J. Habibie sendiri. Sepeninggal Ainun, B.J. Habibie tenggelam dalam rasa kehilangan dan kesedihan yang teramat sangat. Psikosomatis malignant istilahnya. Menurut B.J. Habibie, tim dokternya mengatakan, jika beliau tidak berbuat apa-apa, maka kondisi jiwa dan raganya akan terganggu dan rusak. Lalu tim dokter memberikan empat pilihan. Pertama, dirawat dirumah sakit jiwa, kedua, tetap dirumah, namun dalam pengawasan tim dokter Indonesia dan Jerman, ketiga, curhat kepada orang terdekat dan, keempat, menulis
B.J. Habibie memilih menulis. Dan dalam waktu 2,5 bulan, jadilah buku berjudul Habibie dan Ainun, yang ditulisnya dalam keadaan depresi dan kesedihan yang tak bisa dilukiskan. Setelah menyelesaikan buku tersebut, berangsur-angsur fisik dan mental beliau membaik dan semakin sehat.

Dalam berbagai referensi sejarah bangsa ini, perlawanan terhadap kolonialisme, tak hanya dilakukan melalui peperangan senjata, namun juga dalam bentuk “pemerontakan kata-kata” melalui tulisan oleh sejumlah tokoh. Pada ada 13 Juli 1913 Ki Hadjar Dewantara menuliskan sebuah artikel yang berjudul Als ik een Nederlander was (Seandainya Aku Seorang Belanda). Artikel tersebut berisi kritik tajam terhadap pemerintah kolonial Belanda yang menggunakan dana rakyat jajahan untuk perayaan kemerdekaan Belanda. Artikel tersebut dimuat pada surat kabar De Express milik Indische Partij. Pemerintah kolonial menahan Ki Hadjar Dewantara atas artikelnya yang dianggap membahayakan kekuasaan Belanda di Indonesia. Namun, penahanan Ki Hadjar Dewantara malah menyulut api semangat pergerakan dari golongan muda Indonesia.

Begitu juga dengan Sang Proklamator Mohammad Hatta pernah menggeluti dunia jurnalistik. Ia mulai menulis ketika dirinya bersama Syahrir ditangkap dan diasingkan ke Digul, dan selanjutnya Banda Neira. Banyak artikel yang ditulisnya tertuang di koran-koran Jakarta dan berbagai majalah di Medan.

Tulisan mampu mengubah cara pandang manusia terhadap kehidupan. Bahkan tulisan mampu melahirkan perubahan dan peradaban baru bagi sebuah bangsa. Teruslah meneropong, setiap part yang terlewati, sebab tulisan anda akan menjadi bagian dan referensi bagi orang lain. Salam hormat dan salut untukmu Senior.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *