oleh

Pesta “muda-mudi” dan Main Bola Cari Keringat : Jangan Jadi Beban Bersama (Part. 47).

-OPINI-92 Dilihat

Fakta lain,event kesenian dan macam-macam yang berlabel festival.Entah itu berskala daerah atau bahkan hingga kelas kampung.Lagi-lagi,sepintas terlihat ada mindset “kapala gaya” [sekedar gaya-gayaan] dan jauh dari berpikir tentang dampaknya,khususnya secara ekonomi.Meski tak lama,sebagai mantan pemegang otoritas di dinas pariwisata,saya melihat ada mindset dan “prilaku” event yang tak koheren dengan misi yang di emban.Kita mudah “demam”,ikut-ikutan,terpola dengan pikiran yang linier dan tidak terlalu sensitif dan kreatif membaca peluang.

Baca Juga  KH.Ghani Kasuba, Lc, Pemimpin, Guru, Orang Tua dan Sahabat

Saya sering bercanda,kita tak bisa membangun dunia pariwisata dengan “pendekatan” prinsip demokrasi dari rakyat,oleh rakyat dan untuk rakyat.Kita mengorbankan sejumlah sumber daya,melaksanakannya sendiri tanpa visi yang kuat,dan terakhir,menikmatinya sendiri pula.Tak lupa,juga sedikit memujinya sebagai ungkapan rasa “puas” atas hasilnya.Tak beda dengan defenisi “ramean”.

Saya punya sedikit gambaran betapa event pariwisata kelas daerah di Maluku Utara,bahkan yang sempat masuk dalam kalender event Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,tak punya cukup daya tarik bagi pelancong luar Maluku Utara.Ini juga isyarat bahwa “penganan” yang tersaji selama ini,miskin kreatifitas dan membosankan.Alhasil,dalam filosofi ekonomi,kita hanya sedang memancing dalam kolam.”Menguras” sumber daya yang kita miliki tanpa menambah jumlahnya,kalau saja tak bisa di bilang sekedar buang-buang sumber daya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *