Ramean,pesta dan ramah-tamah perkawinan,misalnya,tak butuh manajemen dan analisa implikasi yang rumit.Cukup ada “tenda biru”,kursi secukupnya,undangan yang di sebarkan plus “lampu disco”,selesai.Soal kapan berakhirnya,bisa di atur.Sama dengan main sepakbola “cari keringat” tadi,jangankan di lapangan bola kaki,di bawah pohon pisang juga,mungkin bisa.
Kita tak bisa mengadopsi mindset ini untuk event pariwisata yang menguras begitu besar sumber daya.Dia harus di desain dengan visi event yang kuat dengan menghitung segala implikasinya karena konsekwensi besarnya sumber daya yang di konversi.
Kita fokus saja “membelanjakan” sumber daya untuk event sepakbola dan festival kepariwisataan yang punya visi dan orientasi prospek yang kuat.Biar saja urusan pesta “muda-muda” dan main sepakbola cari keringat tadi menjadi urusan “pribadi” mereka.Jangan ada lagi investasi,hingga “berjudi” dengan sumber daya yang sia-sia.Selebihnya,maaf karena kolom ini telat hadir.Wallahua’lam.(***)
Komentar