Dan sang mantan kepala daerah dua periode tadi,terbaca memiliki keresahan yang sama di senja usianya.Tak banyak,atau bahkan sangat jarang,orang-orang yang pernah di angkat derajat dan kehormatan diri dan keluarganya,”menyapa”nya.Sepertinya lupa pada masa lalu yang juga, terhitung belum lama.Bahkan di orang-orang dekatnya.Saya sering berbagi kabar dan informasi dengan mantan pimpinan saya ini,sosok kebapakan dan orang tua,mewarisi banyak legacy di kepemimpinannya.
Kita semua,yang pernah merasakan menjadi “pemimpin”,memimpin orang-orang,apapun level dan bidangnya,pasti punya pengalaman yang mirip.Pengalaman itu ada,ketika kita telah menjadi “mantan”.Terlebih,itu soal kapasitas untuk tahu diri dan tahu berterima kasih.Saat anda sedang punya otoritas menentukan “nasib” orang-orang yang anda pimpin,kopi tanpa gulapun,mungkin akan di bilang manis kalau anda mengatakan bahwa rasa kopinya memang manis.Demi mendapatkan apa yang di inginkan,apapun cara bisa di lakukan.Tak peduli itu pantas atau di luar kepantasan dan akal sehat.Karakter aslinya terbaca saat anda tak lagi punya otoritas menentukan asap dapurnya.
Dan sosok Saadilah Mursjid tadi,mungkin salah satu pengecualiannya.Mereka menempatkan solidaritas,rasa syukur dan empatik,tahu diri dan tahu berterima kasih di atas segalanya.Tak terbuai dan “kaget” dengan gemerlap dunia yang sesaat,meninabobokan dan membuat jadi lupa diri.Wallahua’lam.
Komentar