oleh

Bangunan Publik Berbiaya Miliaran,bervisi “Rumah kancing” : Stop Merencanakan Kegagalan [Part 54].

-OPINI-153 Dilihat

Banyak fakta bangunan publik tempat ibadah yang terlihat begitu cepat masa “kedaluwarsa”nya khususnya dari aspek estetik,di tambah letaknya di tengah kota lagi,karena di sinyalir gagal desain.Tentu berbeda dengan desain masjid yang punya latar sejarah dan filosofi tertentu yang relatif tetap,kesultanan misalnya.Dalam banyak kasus,cibiran diam-diam tetapi mempublish karena variabel “gagal” tadi,lebih di sebabkan “selera” panitia pembangunanya “rendah”,memilih juru gambar merangkap semua “juru” dengan wawasan yang terbatas karena dengan dalih anak di kampung sendiri.Bisa di bayangkan,variabelnya sendiri saja sudah sangat jauh dari kesan “intelek”,bagaimana produknya nanti bisa di sebut sebagai produk hasil berpikir.

Baca Juga  PROSES PEMBENTUKAN TATANAN GLOBAL BARU DAN MASA DEPAN RI

Beberapa bangunan tempat ibadah,meski berbiaya berpuluh miliar dan punya desain yang bagus tetapi di sinyalir “gagal” konstruksinya,khususnya pengecoran lantai atap,hingga karib saya ini mengawasi benar kemiringan pengecoran atapnya yang di lakukan pekan kemarin.Di kolom part lalu,saya sempat menyinggung tentang kontribusi sumber daya KUD bagi pembangunan kembali masjid Topo bernilai puluhan miliar itu.

Apa hal paling penting di sini???menurut saya,visi dan proyeksi : material untuk fisik bangunannya punya standar kualitas terbaik di provinsi Maluku Utara.Pasirnya dari Tobelo,kabupaten Halmahera Utara,yang katanya jenis pasir dengan kualitas unggul dari olahan semburan material gunung Dukono.Batu bata merahnya dari produk salah satu usaha ini di Ternate yang tèrkenal kualitasnya.Sudah pakai bata merah,yang konon punya kualitas terbaik untuk dinding,produk terbaik lagi.Belum terhitung material lain-lain.Ini yang di maksudkan dengan visi yang terukur.Kita tidak bisa berspekulasi dengan output dari sumber daya yang begitu besar di habiskan.

Baca Juga  CATATAN PIMRED : MENAKAR SIKAP POLITIK WALIKOTA TERNATE di PERANG KOTA 2029.MTS antara RM dan NA

Lebih dari segalanya,poinnya adalah,kita membiasakan mengelola amanah banyak orang itu secara terukur,efisien dan efektif.Sumber daya yang di kelola itu adalah hasil “menabung” dari potensi zakat,infaq dan sadaqah berpuluh tahun.Dan bisa jadi kita tak tahu,di setiap tangan yang setiap waktu memasukan infaqnya ke kotak celengan masjid secara diam-diam,terselip ungkapan dalam hatinya,merindukan kelak,anak-anaknya,cucu-cucunya,beribadah di tempat yang nyaman dan sedikit indah karena tak sempat di nikmatinya di masa muda,yang hanya di sebuah masjid tua berkonstruksi rumah kancing di kampung asalnya.Wallahua’lam.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *