oleh

Cerita Miris di Tiris Masjid : Antara Biaya “Sombong” dan Anak-Anak “Terlantar” [Part.57].

-OPINI-110 Dilihat

Ada fakta yang lucu,jelang ramadhan,yang di bahas adalah bagaimana cara memproteksi anak-anak agar tidak buat gaduh di tarwih nanti dengan cara “mengurung” shaf mereka agar mudah di awasi dan membuat mereka tak “leluasa”.Bukannya berpikir hal-hal yang prinsip tapi malah membuat jadi serius hal-hal yang sepele.Ini mindset bawaan dari kebiasaan lama yang tak pernah di kritisi.Orang berakal sehat tak butuh referensi dalil yang lebih sekedar memahami hal remeh temeh begini.Hal pertama yang harus kita pikirkan tentang hubungan anak-anak dengan tempat ibadah adalah bagaimana membuat hati mereka berpaut dengannya.Ini malah di anggap “pengacau”,wajar kalau tumbuh mentalitas inferior dan bisa jadi memicu konpensasi lain.

Baca Juga  Apakah Prabowo, KPK, Polri dan Kejaksaan mau Legalkan Korupsi rezim Jokowi?

Kita masih mewarisi kebiasaan masyarakat yang lebih memilih berinfak di tempat ibadah ketimbang di panti asuhan,taman pengajian atau bahkan menyantuni kaum fakir di sekitar mereka.Mestinya,masjid bisa hadir sebagai jembatan menyampaikan niat yang beramal ini secara lebih fungsional.Kita memimpikan minimal,ada sebagian infaq setiap jumat itu di sisihkan untuk anak yatim dan kaum fakir di radius sekitar masjid secara bergiliran.Manfaatnya???mereka mungkin tertolong,tumbuh kesadaran positif tentang fungsi masjid hingga memotivasi keluarganya datang ke masjid,dan yang paling penting,kita bisa memotret kehidupan kesehariannya saat bersilaturahmi itu.

Baca Juga  Pelemahan Jokowi Sedang Berjalan

Hal lain,soal materi khutbah.Sedapatnya materi itu harus fungsional,memiliki urgensi cara memecahkan masalah jika ada hal atau gejala keburukan yang di hadapi lingkungan sekitar masjid sehingga bisa memperkaya sudut pandang dalam memecahkan apapun masalah yang di hadapi.Urusan agama itu tidak sekedar halal-haram.Orang yang berkekurangan akan sangat membutuhkan kecukupan makanan yang halal,karenanya,memberi mereka cara untuk mendapatkannya,jauh lebih penting dan mendesak ketimbang mendudukan perkara halal-haram.

Baca Juga  “Catatan Tarada Hambak”.Perkelahian Trump-Zakensky “ Dunia Kanang Dunia Bisnis”

Mengubah mindset yang telah “berlumut” kebiasaan yang terwariskan memang sulit.Implikasi dari jaman yang bergerak berubah,sangat lambat di adaptasi secara kreatif karena cara berpikir kita terkesan “ketinggalan jaman”.Dan anak-anak di bawah umur tadi hanya “korban”nya.Wallahua’lam.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *