HEADLINE

PELAYANAN RSUD CB TERUS MENUAI SOROTAN “PILU”.

Keluarga Pasien Menilai Buruknya Pelayanan Nakes dan dokter, Warga Nitizen Menilai Efek Yang Akumulatif.

 

PIKIRAN UMMAT.Com—Ternate||Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Maluku utara Chasan Busoiri kembali menuai sorotan tajam.

Sebuah unggahan status di Facebook atas nama Farida Djama yang Terkomfirmasi anggota DPRD provinsi Maluku utara mengisahkan kesedihan dan  penyesalan yang amat dalam atas pelayanan dokter yang dinilai buruk terhadap pasien yang tak lain adik kandung nya itu hingga menemui ajal.

Bagaimana adiknya yang HB nya kian drop itu tak bisa dipindahkan Nakes ke ICU untuk mendapat perawatan yang lebih intens karena masih menunggu Intruksi dokter yang tak berada di tempat dan putus Komonikasi dengan Nakes itu dikisahkan dengan pilu oleh anggota DPRD Malut beberapa periode ini.

Dia tak luput menyentil, mungkin demikian lah kondisi pelayanan kesehatan bagi sebuah provinsi yang meraih predikat sebagai provinsi terbahagia di Indonesia.

Unggahan status berjudul kisah amarilis 1 itu sontak menuai beragam komentar bernada kritik dan kecaman warga net.

Ada yang menuding sebagai bentuk malpraktek namun ada pula yang terkesan membela bahwa pelayanan kesehatan yang buruk disebabkan oleh peran Pemprov malut yang buruk.Dugaan penyelewengan anggaran hingga berbuntut tak terbayarkan nya hak-hak Nakes dan dokter ditenggarai sebagai penyebab buruknya pelayanan Nakes dan dokter.

Diawal narasi unggahan nya, Farida Djama menuturkan, sebagai anggota pansus LHP BPK Deprov Malut, dirinya bersama tim pansus meninjau RSUD Chasan Busoiri atau RSUD CB berkesempatan mendapat penjelasan Direktur RSUD CB bahwa RSUD CB telah memiliki perbaikan diberbagai hal termasuj kesiapan dokter.Saat itu, dia mengaku mengucap syukur karena masyarakat akan mendapat pelayanan lebih cepat dan lebih baik.

“Kisah Amarilis 1….
Beberapa waktu lalu ketika saya masuk sebagai anggota pansus LHP BPK deprov. kami pernah meninjau RSU CB bertemu dengan direktur dan beberapa pejabatnya disana..ketika direktur memaparkan berbagai hal termasuk ketersediaan para dokter ahli kemudian dalam benak saya alhamdulillah masyarakat akan sudah bisa lebih dekat dan cepat mendapat pelayanan yang lebih  baik”tulis  dia dalam statusnya.

Namun rupanya oleh Farida Djama, pemaparan Direktur RSUD CB itu jauh panggang dari api atau lips services asal Tim Pansus LHP BPK senang semata.

Farida Djama mengaku merasakan sendiri dari pelayanan buruk yang diterima adik kandungnya sebagai pasien itu.Dalam waktu dua hari, adiknya yang juga isteri tercinta dari mantan jurnalis senior malut dan akademisi IAIN Murid Toniru dinilai tidak menerima pelayanan dokter dengan baik hingga menemui ajal.

“namun sangat disayangkan ketika keluarga kami sakit dan harus masuk ke rumah sakit dalan waktu 2 hari dokter ahli hanya 1 kali masuk dan itu tidaj lebih dari 3 menit untuk memeriksa pasien kemudian dengan enteng mengatakan untung ibu ini dalam kondisi lemah jadi mudah kita tau sakitnya tapi kemudian kritis para nakesnya melapor hanya melalui wa/whatssap dan katanya tidak bisa telpon tetapi tidak mendapat jawaban dari dokter dalam waktu cukuo lama, kemudian keluarga di beri tahu harus donor karena HB rendah tetapi tidak pernah dilakukan karena belum ada intruksi dari dokter kemudian lebih kritis dan seharusnya di pindahkan ke ruang ICU tetapi tidaj dilakukan lagi karena lagi-lagi belum ada perintah dari dokter dan akhirnya subuh tgl 28 agustus 2023 saudara ku tercinta menghembuskan napas terakhir”tutur dia dalam unggahanya.

Dia dan keluarga mengaku ikhlas menerima nya sebagai takdir namun tetap merasa tidak puas atas pelayanan dokter.

“bagi kami keluarga ikhlas karena qadarullah waktunya sudah sampai disitu tetapi kami sangat tidak  puas karena merasa tidak bisa melayaninya dengan pelayanan terbaik rumah sakit”imbuh nya.

“saya kemudian merenung seperti itukah pelayanan pihak rmh sakit ?? Apakah rmh sakit ini yg kita inginkan segera selesaikan permasalahannya ternyata ada masalah lain ttg perilaku dokter jg hrs kita pikirkan anggaranya utk di latih agar kemanusiaannya lbh peka ataukah propinsi ini jgn hanya gagah gagahan dgn gedung dan peralatan yg hebat ttp pelayanan buruk ?? “Tulis Farida Djama nan pilu.

“Apakah tdk sebaiknya pemerintah pikirkan lbh baik berikan anggaran k rmh sakit swasta yg pelayanannya lbh cepat dan tepat agar bisa melengkapi peralatannya krn masyarakat butuh pelayanan terbaik berapapun biayanya org akan berusaha agar keluarganya bisa sembuh”

“kami tdk menuduh semua dokter seperti itu ttp di era keterbukaan semua serba cepat msh ada dokter seperti ini diperkerjaan disitu ?? Apakah masyarakat harus menerima dgn lapang dada krn ketetapan Allah ?? “

RSUD CB tak henti menuai kritik seiring permasalahan yang juga tak usai mendera pusat pelayanan kesehatan di provinsi Maluku utara ini.

Politisi senior partai Golkar dan mantan calon Gubernur Malut H.Ahmad Hidayat Mus dalam sebuah kesempatan sambutanya menyatakan “masuk RSUD CB bukanya sembuh tapi cari mati”.

Kisah pilu pelayanan dokter di RSUD CB  juga pernah dikisahkan salah satu akademisi Unkhair.Dia terpaksa pindah dari rumah sakit CB ke rumah sakit Dharma ibu karena pelayanan yang buruk yang diterima, katanya.

Unggahan status Farida Djama menuai beragam komentar warga nitizen.

Warga nitizen atas nama Sabeba Manyawa menilai ada indikasi malpraktek dan dokter bersangkutan bisa dipolisikan.
“Terindikasi bisa2 MALPRAKTEK……faktor pelalyaanan/pelayanan yang kurang itu juga bagian kebijakan yang salah yang bisa masuk dalam unsur malpraktek…..dokter tersebut bisa dilpaorkna/dilaporkan ke pihak yang berwajib”demikian komentar tanggapannya.

Nitizen lain menyoroti peran Pemprov sebagai biang kerok buruknya pelayanan RSUD CB.Sambil mengawali dengan ucapan bela sungkawa, nitizen atas nama Leo Rangga ini menyatakan, sejak di take over Pemprov malut, muncul beragam masalah, mulai dari penyelewengan anggaran hingga berbuntut tak terbayarkan nya honor Nakes dan dokter.Dia menyarankan pengelolaan RSUD CB diserahkan ke pihak swasta.

“Innalillahi wa inna ilaihi rojiiun🤲
Turut berdukacita.
….
Sdkit tambahan, RSU CH sejak diambil alihkan ke pemprov mulai muncul berbagai macam masalah mulai dari penyelewngan anggaran sehingga tdk dibayarkannya honor dan tunjangan nakes dan dokter sehingga berakibat pada buruknya pelayanan di RSU CB.”

“Buruknya pelayanan RSU CB bukan krna tanpa alasan. Buruknya pelayanan merupakan akibat dari honor nakes dan dokter yg tdk dibayarkan berbulan2 lamanya.”

“Alangkah baiknya RSB CB di kelola oleh swasta yg lebih mengedepannya pelayanan publik.”tulis Leo Rangga dalam narasi komentarnya.

Sampai berita ini naik tayang, Direktur RSUD CB belum dimintai tanggapanya.

Di akhir unggahanya, Farida Djama menutup dengan narasi “Dan inilah potret provinsi yang paling bahagia di Indonesia tercinta ini…salam” tutup dia.(***)

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *