OPINI

“Orsonisasi” di Kali Sagea dan Ratapan Sang Ibu Renta di Jembatan itu [Part 68].

Anwar Husen/Kolomnis/tinggal di Tidore.

Di Tidore,ada sosok yang cukup di kenal karena sangat humoris.Jauh sebelum ada istilah stand up comedy,beliau sudah cukup di kenal karena kemampuan “melawak”nya.Banyak kisah yang sering jadi buah bibir warga,dari “ulah”nya.Panggilan akrabnya om Lal.Mungkin nama aslinya Jalal,seorang tua yang cukup kami hormati.

Ada cerita lucu,suatu ketika beliau ke kantor PDAM bermaksud membayar tagihan air.Di saat bersamaan,di jalur tertentu ada warna air yang berubah kekuningan.Mungkin juga termasuk yang di alaminya.Dan ini sempat menjadi buah bibir warga,entah apa penyebabnya.

Setelah membayar tagihan air di loket kasir,beliau spontan bertanya,di mana loket untuk membayar orson (analog jenis minuman lemon berwarna kuning,mirip air PDAM di rumahnya),sang kasirpun kaget meski om Lal sejatinya hanya bercanda.Tapi dengan gaya sarkastiknya,kadang bikin orang jadi salah tingkah.

Di WAG KAHMI Maluku Utara pagi tadi,kami mempercakapkan statemen seorang pejabat tinggi di daerah ini,soal sebab-musabab air Kali Sagea di Weda,kabupaten Halmahera Tengah,bisa berubah warna menjadi kekuning-kuningan dari yang dulunya begitu bersih,jernih dan alamiah.Banyak komentar saling salib soal ini berkait tanggapan atas statemen petinggi tadi,yang dulu pernah menjadi kepala daerah di Halmahera Tengah.Mulai dari yang bergelar sarjana lingkungan hingga aktifis dan pegiat lingkungan hingga sarjana agama dan pendidikan,yang jauh kompetensinya memahami sebab masalah tapi mencoba menduga-duga juga,termasuk saya.Saya menggunakan akronim “orsonisasi” untuk istilah proses bergantinya warna air dari yang bening dan jernih menjadi keruh dan kekuningan.Kesimpulan dari percakapan ini???sudah pasti tidak ada.Masing-masing menyimpulkan sendiri.

Iklan.

Kali Sagea dalam memori kecil saya adalah gambaran sepenggal wilayah yang eksotik,alamiah dan langka,yang melengkapi goa Boki Maruru.Memori eksotisme Boki Maruru di jaman lampau,masih kuat membekas dalam ingatan saya dari cerita sang bapak saya almarhum Husen Usman,yang di tahun 1960-an pernah bertugas sebagai guru sekolah dasar di sini.Bahkan sempat punya orang tua angkat di Sagea,yang di tahun 1970-an,sempat di boyong ke Tidore di masa kecil saya.Kali Sagea adalah tempat pemandian alami yang menakjubkan sekaligus sumber kehidupan warganya.

Ada sebuah vidio pendek yang bikin haru,seorang ibu yang telah udzur,berbagi memori tentang Kali Sagea sebagai tumpuan,harapan hingga “tabanas” para orang tua di Sagea,membesarkan hingga menyekolahkan anak-anak mereka.Di latar keruh dan kekuningan air Kali Sagea yang mengalir,sang ibu ini “curhat” dengan derai air mata yang begitu menggugah.

Kita semua,mungkin telah membaca hingga mengkaji.Para peneliti dan ahli lingkungan juga,mungkin telah menelitinya.Banyak berita dan informasi saling berganti terkait sebab-sebab mengapa proses orsonisasi bisa terjadi di Kali Sagea.Meski pada akhirnya terjadi klaim hingga saling membantah satu sama lain terkait hasil-hasil riset permukaan tentang ini.Saya menduga dalam komentar saya di WAG kami tentang salah satu poin dari statemen petinggi pemerintahan tadi yang menghendaki di buatnya kanal untuk mengalirkan air hujan ke laut agar tidak menggenangi pemukiman warga,bahwa ini mungkin cara yang paling mungkin “menyelamatkan” warga sekitar meski tak menyelesaikan masalah,khususnya di saat curah hujan yang meninggi.Mungkin pilihan proteksi warga sekitar warga sekitar dari akibat curah hujan yang tinggi.Pilihan mengakali di tengah fakta “kehabisan” akal.

Pada akhirnya,semua ini adalah “perang” dari berbagai macam kepentingan yang kadang sulit di urai,sesulit di rasionalkan.Dan saya tak punya kapasitas apapun untuk mengurai,apalagi memberi solusi karena bukan ahlinya.Bagi saya,warga Sagea,yang hidup secara turun-temurun dari puluhan hingga ratusan tahun adalah “ahli”nya.Tanyakan pada mereka apa penyebab semua ini.Yakin saja,persentasi terbesar jawabannya bisa jadi benar,di teliti lanjut.

Kita bisa saja melihat di permukaan,bagi yang awam seperti saya.Bagi yang sedikit berpengetahuan,bisa meneropongnya dengan membangun asumsi dan mereka para ahli,akan mendatangi kali Sagea dan menelitinya lebih detail.Tapi semua itu adalah kita,yang masih akan datang ke sana,di Sagea.Mereka para warga itu,sudah di sana dan hidup beranak pinak ratusan tahun,mereka menyatu hingga “memeluk” Kali Sagea.Sekali lagi,tanyakan pada mereka,pada ibu renta yang “mengadu” di atas jembatan tadi,mengapa air Sagea yang dulunya jernih,bening dan alamian,kini bisa berubah jadi orson,serupa tapi tak sama,jangan dulu di minum mentah.Wallahua’lam.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *