oleh

Beda “Level” Buku,Beda Pemahaman : “Tragedi” Masker yang Bikin Malu itu [Part 72].

-HEADLINE, OPINI-107 Dilihat

 

Iklan.Untuk kesekian kalinya,saya menulis hal-hal yang bersinggungan dengan masjid.Saya berpandangan,sebagai penganut mayoritas,masjid harus tampil paling depan dan memberi contoh.Di samping sebagai tempat ibadah yang nyaman bagi jamaahnya, masjid sebagai lembaga đengan pengelolanya harus mampu jadi pioner menebarkan “pancaran” kebaikan sekaligus contoh bagi warga di sekitarnya.Di part lain kolom ini,saya pernah “berhayal” bahwa seandainya masjid bisa berpikir lagi orientasi fungsinya dan bertanggung jawab sebagai penebar kebaikan dan pencegah keburukan di radius tertentu maka akan sulit di temukan pelanggaran norma karena relatif kita di kelilingi oleh masjid.Jadi,jika ada warga apalagi anak-anak usia sekolah melakukan pelanggaran nilai di tiris masjid maka itu isyarat kegagalan kita dari aspek fungsional masjid.

Baca Juga  Dan Jika Presiden merekayasa Ijazah nya

Seorang karib bertutur dengan raut tak puas,usai mengalami fakta ini : seorang pengelola masjid di lingkungannya “curhat” di sebuah acara seremoni hari besar agama.Materinya macam-macam.Mulai dari minimnya warga yang datang berjamaah di masjid hingga partisipasi yang rendah terkait biaya untuk peringatan hari besar agama, yang di sebutnya telah menjadi kebiasaan sejak lama.Juga klaim bahwa bahwa yang hadir di majelis-majelis begini pasti di berkahi Tuhan, tidak yang di rumah atau yang tak hadir.Dan banyak hal lainnya.

Saya mencoba menyelaminya dan membedah poin-poin dari ceritanya yang saya asumsikan sebagai variabel yang coba di telisik sebab-sebabnya.Begini, pertama soal “status” kepemilikan masjid.Di tempat domisili asal ataupun di tempat-tempat lain, setiap kita punya pengalaman pernah menjadi jamaah masjid, entah itu sebentar saja atau mungkin bertahun-tahun.Hal itu membuat kita punya pengalaman untuk bisa membandingkan hingga mengidentifikasi “keanehan” yang kita alami.

Baca Juga  Kontrak Media 2024 Dinilai Tak Wajar, Manuver Pecairan Rahwan K.Suamba Terganjal di Gubernur Sherly

Saya sendiri punya pengalaman hal-hal kecil di tempat lain bahkan di luar daerah ini khususnya di Ternate, anak-anak di kisaran usia TK hingga kelas-kelas awal SD,yang berlarian bermain di belakang saf makmum saat sedang sholat berjamaah, di anggap oleh jamaah dan pengelola masjid sebagai bukan hal yang luar biasa.Tetapi di masjid lain bisa jadi hal besar karena jadi pemicu pertentangan antar orang tua jamaah yang punya anak tadi.Saya berseloroh, masalahnya di baca buku yang berbeda.Maksudnya soal pemahaman tentang hukum fiqih.

Baca Juga  Lawatan Gubernur Jatim Ke Malut Diharapkan Tidak Sekedar Agenda Seremonial Belaka

Di kasus lain, pertengkaran antar jamaah terjadi saat sholat berjamaah sedang berlangsung.Pemicunya sederhana, masker.Saat di ramadhan dan sedang mewabahnya “corona”.Di rapat menjelang ramadhan di sepakati menganjurkan jamaah untuk menggunakan masker.Tetapi tidak di sepakati siapa “algojo” yang bertugas menegur bagi yang tak bermasker karena memang hanya anjuran.Malam itu, seorang pengelola masjid menegur salah seorang jamaah dan nyaris terjadi adu jotos.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *