oleh

Kabar Duka Yang Jadi Pemantik Memori itu : Mengenang Almarhum Thaha Kotu dan I.E.Toekan [Part 74].

-HEADLINE, OPINI-148 Dilihat

Jika saya harus mengajukan kesimpulan apriori bahwa almarhum Thahah Kotu adalah orang baik, nyaris mengabdikan seluruh hidupnya untuk kebaikan dalam mengajarkan,mempraktekan pengetahuan dan pemahaman tentang ajaran agama bagi umat, maka saya mengenalnya, memahami sosoknya bukan baru hari ini.Atau katakanlah setelah punya gelar akademik hingga aktifitas kesehariannya yang di kenal publik Maluku Utara.

Nun jauh di tahun 1980-an, saat di mana saya masih di usia belia, bersama teman-teman sebaya, kami telah mengakrabinya.Tempatnya di aula Ito Gapura, sebuah gedung untuk tempat menginap bagi tamu di masa pemerintahan Daerah Administratif Halmahera Tengah, di bilangan Kotamabopo, kelurahan Gamtufkange, Tidore [sebelum di rehabilitasi seperti saat ini].Ini di masa bupatinya I.E.Toekan.Ada seleksi tilawah untuk persiapan daerah ini mengikuti MTQ tingkat provinsi Maluku.

Baca Juga  Teror Ndas, Fufufafa dan Ijazah Palsu

Di saban malam, saya kecil, bersama teman-teman sebaya, kami menyaksikan hingga larut malam pelaksanaan “seleksi internal” ini sambil duduk di rerumputan depan aula ini sebagai “kursi”nya.

Hampir setiap malam, kegiatan seleksi ini terlihat ramai oleh penonton.Mereka bahkan datang dari kampung sebelah yang jauh.Ada yang bahkan hanya berjalan kaki jika hanya berjarak tak jauh dari kampung ini.

Baca Juga  Peduli Pekerja, Hj.Ike Masita Tunas, S.Sos.M.Si, Ketua SP KEP SPSI Malut : Perusahan Harus Cairakan THR Mulai H-7 Lebaran

Apa kira-kira pemantiknya yang bikin penontonnya membludak hingga di larut malam di wisma Ito Gapura ini???Di arena seleksi tadi ada nama-nama beken.Dan almarhum Thahah Kotu “muda”, salah satunya.Ada juga Arsyad Salasa, qari asal Gurabati, Tidore, yang cukup punya nama di pentas MTQ tingkat nasional karena pernah menjadi juara itu.Ada juga Fatah Abd.Rajak, yang pernah menjadi lurah Gamtufkange dan muadzin paling favorit di masa kecil saya.Dan masih banyak peserta lainnya yang tak kalah pamornya.

Baca Juga  Selamat Jalan Bulan Suci, TAQABBALLAHU MINNA WAMINKUM” Semoga Berjumpa Kembali di Ramadhan 1447 Hijriyah

Hanya itu alasannya???tidak.Pelatih atau mentornya ketika itu bukan orang sembarangan.Dia adalah ustadz Abdullah Maki, seorang alumnus Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta, yang cukup di kenal masa itu.Beliau di datangkan khusus oleh sang bupati yang di kenal agamais dan bukan “putra daerah” ini.Terakhir yang saya tahu dari media dan bikin kaget, Abdullah Maki adalah salah satu dewan hakim pada pelaksanaan STQ tingkat nasional di Sofifi, Maluku Utara beberapa waktu lalu.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *