BUDAYAHEADLINE

Persatuan Makayoa Antara Hapolas, Togal dan Politik.

Catatan Usman Sergi, SH/Caleg No 5 DPRD Malut, Dapil Ternate-Halbar PKS.


Catatan lepas ini saya tulis diatas pembaringan sakit di rumah sakit Dharma Ibu Ternate.Nawaitu nya goresan insidentil semata, sekedar menyambut agenda silaturahmi yang digelar komonitas Makayoa di gedung Dhuafa Center minggu 22 Oktober 2023 yang alunan fiolnya mungkin terdengar sayup ke ruang anyelir rumah sakit Dharma Ibu.Forum silaturahmi ini dirangkai dengan barongge Togal bersama Sekjen Kemendes PDTT RI Bapak Taufik Madjid, S.Sos, M.Si dan para tokoh, sesepuh serta generasi zaman now Makayoa.

Hemat saya, agenda ini menarik sebagai medium persaudaraan dan persatuan warga Makayoa ditengah orang Makian-Kayoa yang sudah pasti larut dalam hiruk pikuk politik pemilu, Pilpres dan Pilkada Gubernur serta Bupati/Walikota yang mulai memicu adrenalin perpecahan sesama anak Makayoa.Istilah saya, politik bagi orang Makayoa itu sama level dengan kebutuhan primer sandang, pangan dan papan.

Namun sebagai medium persaudaraan, catatan ini hendak melihat secara luas berbagai instrumen persatuan sosial Makayoa yang kian berkembang moderat dengan harapan bisa dikapitalisasi sebagai instrumen menjalin persaudaraan dan memupuk persatuan

Forum semacam ini lagi ngetrend di Maluku utara tidak saja bagi entitas sosial Makian – Kayoa namun juga komonitas-komonitas primordial lainnya di Maluku utara.Itu positif dan cerdas bahwa upaya persaudaraan harus terus kita semaikan.

Interes politik memang tak bisa kita nisbihkan.Sebab politik itu penting dan mulia untuk memetakan kehidupan dan merawat nya lebih bermartabat.Entah hajatan budaya ini bertemali dengan kepentingan hajatan politik pemilu, Pilpres dan Pilkada tahun 2024 atau tidak, namun hitungan efek politisnya memang nyambung sampai kesana dan kita harapkan berproduk positif bagi Makayoa dan kemaslahatan Maluku utara.

Melalui instrumen politik, tidak sedikit putra terbaik Makayoa berkuasa guna membangun peradaban mulia Maluku utara.

Saat ini ada 4 putra terbaik Makayoa yang bertahta di tingkat nasional yakni Taufik Madjid, S.Sos.M.Si sebagai Sekjen Kemendes PDTT RI,  Mayjen TNI M.Saleh Mustafa sebagai Kepala Staf KOSTRAD, Dr.Ahmad Idrus sebagai Diputi Investasi Kementerian Investasi dan BKPM dan Ikbal Jabid sebagai Senator/anggota MPR RI.

Sebelumnya dan generasi baru Makayoa terus berkiprah  di dunia pemerintahan, pendidikan dan politik antara lain ada nama melegenda seperti H.Madjid (Sekda pertama Kabupaten Maluku utara), H.Abdullah Halil (politisi PPP dan mantan anggota DPR RI), H.Yusup Abdurahman (Tokoh pendidikan malut, Pendiri dan Rektor Unkhair Ternate) H.Thaib Armayin(mantan Walikota Adimiatratif Kota Ternate, Sekda Kabupaten Malut, Ass I Pemprov Malut, Sekprov Malut dan Gubernur Malut dua periode, H.Muhadjir Albaar (Kadispenda Kab.Malut, Sekda Kab.Malut dan Sekprov Malut serta Cagub Malut),Madjid Husen (Kadispenda Hal-Teng, Sekda Hal-Teng,Sekot Ternate, Kadispenda Malut dan Sekprov Malut serta Ketua DPD PAN Malut dan Cawagub Malut), Dr.Rivai Umar, M.Si (Rektor Unkhair Pertama Ternate& Ketum Makayoa), Prof.Gufran Ibrahim (Rektor Unkhair Ternate), Dr.M.Yamin Tawary ( politisi & mantan anggota DPR/MPR) dan Dr.Wahda Zainal Imam, SH.MH (politisi & intelektual)

Dibarisan generasi lapis ke dua yang masih eksis ada H.Usman Sidik (Bupati Hal-Sel)Sahril Abdul Rajak (Sekda Hal-Bar), Hj.Hadijah Sergi (Mantan Kabag Hukum, Kadisnaker dan Sekwan Halbar)Dr.Mukhtar Adam, MM (Akademisi, Pakar dan peneliti pembangunan Ekonomi), Dr.Wahda Zainal Imam (Politisi), Abdurahman Lahabato (Politisi/Senator), Ikbal H.Jabid (Mantan Kadis Keuangan di Papua dan Senator/anggota DPD/MPR RI, Abubakar Abdullah (Sekwan/Ketua KNPI), Burhan Ismail (Jurnalis/Politisi)  dan masih banyak lagi yang tak bisa terhitung lagi pada catatan ini.

Makayoa sebagaimana entitas sosial yang memiliki sistem perdaban yang semakin maju, memiliki beragam instrumen sosial yang komunal.Perkembangan Modern yang materialistis dan individualistis dirasakan telah mereduksi sifat komunal dalam entitas Makayoa dan upaya untuk mengembalikan komunalitas Makayoa harus terus kita semaikan.

Spirit besarnya, orang Makayoa yang ulet dan moderat harus terus eksis mewarnai peradaban Maluku utara.

Di entitas Makayoa, beberapa agenda sosial adat yang menjadi instrumen persatuan yakni HAPOLAS dan RONGGENG TOGAL.

Urgen ! Harus ada upaya merekonstruksi dan pelestarian agar adat istiadat HAPOLAS dan Baronggeng TOGAL ini agar tidak punah oleh perkembangan zaman dan terus menjadi medium persaudaraan dan persatuan.

HAPOLAS

HAPOLAS secara etimologi artinya babayar, sedangkan secara terminologi menurut Budayawan dan Ekonom Makian Dr.Mukhtar Adam adalah Hapolas sebagai Model Rencana kematian.

Menurutnya, Ketidak pastian akan kematian, maka ritual kematian selalu menjadi proses interaksi sosial antar masyarakat, yang memaksa aspek ekonomi ikut didalam peristiwa kematian, yang dalam kehidupan sosial dikenal dengan tahlilan.

kegiatan ritual peringatan kematian hari ke 10 yang ditandai dengan donasi dari warga makian kepada keluarga berduka sebagai bentuk gotong royong membayar hutang bahan makanan untuk membiayai tahlilan selama 9 hari.HAPOLAS telah parmanen meskipun keluarga yang berduka tidak berhutang untuk membuayai tahlilan atau Dina.HAPOLAS telah menjadi simbol gotong royong bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak direncanakan yang membutuhkan biaya sehingga harus menjadi tanggun jawab bersama.Olehnya disebut HAPOLAS, hutang keluarga berduka adalah hutang bersama orang Makian-Kayoa sehingga semua wajib membayar hutang.

Barongge Togal.

“Gesekan fiyol, pukulan tifa dan petikan gambus serta tiupan suling seakan menghipnotis warga desa. Di bawah tenda sederhana yang terbuat dari atap seng, lantunan pantun dan sajak-sajak tentang cinta, kehidupan, pendidikan, nasihat dan kekecewaan asmara membuat suasana pesta; tarian togal semakin meriah. Tua muda menari; baronggeng, penuh ceria. Di sisi lain, banyak pula yang meneteskan air mata, mengingat-ingat kenangan tentang orang tua, orang-orang yang telah berpulang”.Demikian Kompasiana dalam artikel tentang baronggeng Togal, seni suku Makayoa.

Dikutip dari media Kabar Pulau.Com, Ronggeng togal menjadi sebuah tradisi yang melegenda di kalangan etnis Makean. Dia menjadi pengingat tidak hanya hubungan sosial antar manusia, tetapi juga orang tua dan sang pencipta. Togal bagi etnis Makean tidak sekadar musik tradisional. Ternyata bernilai lebih dari itu,menjadi alat pengikat dan pemersatu.

Sayangnya, Togal dan ronggeng yang begitu bermakna kini perlahan mulai tergerus zaman. Irama dan tarian memiliki gerak dan bunyi musik penuh makna ketika diciptakan oleh para leluhur ini, perlahan mulai ditinggalkan kaum muda.

Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Khairun Ternate Rudy S Tawary mengatakan, membaca keragaman kebudayaan Maluku Utara saat ini, setidaknya ada dua hasil penelitian bisa jadi rujukan. Pertama, Penelitian tentang kebudayaan Maluku Utara yang dilakukan Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Maluku Utara dalam rentang tahun 2015 sampai 2016. Kedua, penyusunan Pokok-Pokok Pikiran Kebudayaan (PPKD) Kabupaten/kota di Maluku Utara pada tahun 2018 oleh Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Khairun.

Dua penelitian ini berhasil mencatat ratusan tradisi berbagai sukubangsa di Maluku Utara. Penelitian ini juga memberi gambaran keragaman kebudayaan di Maluku Utara, sekaligus menegaskan kekayaan budaya yang berlimpah. Meski begitu fakta lapangan berbagai tradisi juga mencuatkan beragam rasa. Dari bahagia kecewa bahkan sedih. Berbagai tradisi yang telah dicatat, sebagian besar berada dalam situasi menyedihkan karena sebagian sudah punah. Sementara lainnya melemah. “Persoalannya adalah perhatian dan apresiasi,” jelasnya.
Dia bilang, Togal sebagai salah satu tradisi lisan di Maluku Utara juga menghadapi persoalan yang sama. Tradisi lisan yang oleh dua penelitian di atas mencatat tersebar di beberapa daerah di Maluku Utara ini mengalami pasang surut dalam perkembangannya. Secara garis besar ada dua hal yang dianggap ikut melemahkan tradisi togal. Pertama, pemerintah sebagai pihak yang diberi wewenang belum memiliki kepedulian atau kesadaran atas pentingnya sebuah tradisi bagi peripenghidupan masyarakat pendukungnya.

Kedua, generasi muda, sebagai tumpuan masa depan tradisi togal, kurang mengapresiasi kekayaan kebudayaan ini. Mereka selalu curiga sebagai sesuatu yang sudah ketinggalan zaman.

Rudi yang menyelesaikan tesis seni togal ini menjelaskan, togal memiliki berbagai nilai yang dapat berkontribusi terhadap kehidupan masyarakat terutama suku bangsa Makean. Dari sekian nilai itu, satu yang dapat disebutkan peran togal dalam memperjumpakan berbagai entitas sosial masyarakat Makean. Togal menjadi ritus perjumpaan karena melalui berkesenian ini, masyarakat Makean dipertemukan dalam satu konteks pertunjukan. Pada saat togal dilaksanakan, semua memiliki posisi yang sama.

Togal dengan segala kehebatannya, kini cenderung ditinggalkan generasi muda. Satu hal yang paling tampak dari kecenderungan tersebut adalah selera generasi muda Makean terhadap togal yang terus menurun. Jika ada pelaksanaan togal, seringkali terjadi pertarungan selera antara generasi tua dan muda. Generasi tua menginginkan togal, sementara yang muda mendambakan musik-musik modern (pop, dangdut, dan lainnya).

Berdasarkan beberapa persoalan di atas, maka ada beberapa pandangan bisa dipertimbangkan untuk dilakukan. Tidak saja untuk togal tetapi juga kesenian lain yang memiliki nasib yang sama.
Pertama, Pemerintah daerah perlu mecontohi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk membuat identifikasi maestro seni daerah. Seniman-seniman yang memenuhi ketentuan akan diapresiasi dengan cara diberi insentif dalam berbagai format, bisa per bulan, triwulan, atau per semester. Nominalnya tergantung kebijakan Pemerintah Daerah. Asalkan nominal itu mempertimbangkan kecukupan sehingga seniman termotivasi untuk meregenerasi kesenian yang dikuasainya.

Kedua, Pemerintah daerah perlu menyediakan wadah ekspresi bagi seniman sehingga hasil-hasil kreatifitas dapat dipertunjukkan dan menghidupkan.

Ketiga, mendorong para seniman yang telah bekerja keras mengembangkan kesenian daerah dengan melibatkan generasi muda, Pemerintah memanfaatkan wadah ekspresi yang disediakan dengan membuat kebijakan agar sekolah-sekolah (dalam berbagai tingkatan) melakukan pertujukan seni daerah secara bergilir di akhir pekan.

Politik Praktis.

Berbicara politik praktis bagi orang Makian-Kayoa seperti dua sisi keping mata uang.

Pengertian Politik praktis yakni sebuah dunia dikala semua itikad, motif, kepentingan, dan tekad, hadir beriringan dan saling berhimpit untuk memperebutkan kekuasaan. Secara kasat mata, kekuasaan yang dimaksud tidak lain merupakan jabatan, kedudukan atau posisi. Tetapi secara implisit, yang diperebutkan hakekatnya yaitu otoritas dan wewenang untuk membikin keputusan-keputusan publik.

Dahulu, saat paham demokrasi belum terkonsepsi seperti saat ini, politik praktis tidak lain merupakan “perang atau benturan fisik” antara dua kubu atau lebih yang saling menghancurkan untuk memperebutkan kekuasaan.

Namun saat konsep demokrasi politik sudah membumi seperti saat ini, politik praktis sudah menyerupai sebuah kontestasi yang saling melakukan pembunuhan karakter, saling menghancurkan strategi dan taktik, saling menyerang basis-basis teritorial, dan saling beradu tanding menerima simpati publik.

Praktek politik praktis juga seperti yang kita saksikan pada komonitas Makayoa.Sebagai entitas sosial yang memiliki keunggulan kualitas SDM, orang Makayoa merambah berbagai bidang kehidupan terutama sektor birokrasi dan politik kekuasaan.Tidak sedikit putra-putri terbaik Makayoa yang berkecimpun dan mengharu biru dunia politik kekuasaan baik di pemerintahan dan lembaga politik legislatif sejak pasca kemerdekaan sampai era politik modern saat ini.

Politik kekuasaan patut diakui telah menghantarkan orang Makayoa pada puncak kekuasaan nasional dan daerah dengan segala kinerja dan karya bagi rakyat Indonesia terutama warga Makayoa.Namun tak bisa dipungkiri, politik praktis juga ikut memecah orang Makayoa.Politik praktis yang fragmentatif telah mengkotakan orang Makayoa dalam kelompok kepentingan.

Kesimpulan.

Dalam menghadapi tantangan dan ancaman persatuan Makayoa yang sedemikian serius, malai-nilai kearifan lokal Makayoa harus dihidupkan kembali dan proses rekonstruksi cuktural yang semakin moderat.Moderasi cuktural ini tentu harus tetap substantif aga nilai-nilai komunal tetap terjaga dan menjaga keutuhan dan persatuan warga Makayoa yang MODE THAPSO.

Selamat Bersilaturahmi dengan Baronggeng Togal.

Langse !

Ternate 22 Oktober 2023.

Dari Riang Anyelir Rumah Sakit Dharma Ibu Ternate.

Usman Sergi.

Usman Hi.Sergi, SH/Caleg DPRD Malut No 5 Dapil Ternate-Halbar PKS No.5.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *