Saya akan ikut debat yang resmi, kata Gibran. Jawaban yang tidak masuk di akal dan terkesan mengada-ada. Justru dengan debat sebelum resmi di KPU, ada tiga keuntungan bagi Gibran. Juga bagi paslon-paslon lainnya. Pertama, debat pra KPU bisa jadi arena latihan. Jadi, Prabowo, khususnya Gibran tidak kaget ketika nanti masuk pada debat resmi di KPU. Lebih keras dan tajam. Ditonton oleh hampir seluruh rakyat Indonesia. Kedua, ini yang paling substansial. Latihan adu gagasan dapat menarik simpati rakyat jika gagasannya bagus. Ketiga, debat publik akan menjadi pendidikan politik buat rakyat. Rakyat akan mendapatkan suguhan demokrasi yang elegan dan bermutu. Kalau joget-joget, itu bukan sajian bermutu. Anak TK lebih jago kalau diajak joget.
Debat tidak hadir, elektabilitas kisaran 36%, bagaimana mau satu putaran menang? Kalau ada yang menuduh dan berasumsi bahwa Prabowo-Gibran bisa menggerakkan timsesnya dengan menggunakan kekuatan aparatur negara dan uang, maka tidak secara otomatis juga menaikkan elektabilitasnya.
Kenapa elektabilitas Prabowo cuma kisaran 36%? Pertama, PDIP, partai pemenang pemilu yang sebelumnya dukung Jokowi di pilpres 2019, kini hengkang. Ajukan Ganjar dan justru menjadi rival Jokowi. Bahkan PDIP dan sejumlah kekuatan lain santer kabarnya sedang bergerilya untuk jatuhkan Jokowi. Seandainya betul, ini suatu hal yang tidak mudah.
Kedua, sejak Prabowo meninggalkan konstituennya dengan memilih gabung bersama Jokowi, maka para pendukung dan relawannya hengkang. Pergi meninggalkan Prabowo. Terutama dari basis keummatan. Mereka kecewa dan memilih lari dari Prabowo. Prabowo dianggap mengkhianati dukungan mereka.
Komentar