Saat dimaki dengan kata “ndasmu etik” dan “bodoh”, Abah malah merespon dengan kata “Matur Muwun Pak”. Makian kepada Abah ditanggapi dengan senyum dan reaksi yang sangat tenang. Kesabaran dan kebersahajaan inilah yang menarik buat generasi Z untuk dijadikan keteladanan.
Anak-anak Gen Z ini pun rela berombongan datang ke acara “Desak Anies”. Mereka membawa foodtruck. Di saat pihak lain bagi-bagi uang dan sembako, anak-anak remaja ini justru membawa truk isi makanan. Sebuah perlawanan kreatif dan humanis ala Gen Z terhadap money politics yang dilakukan sosok lainnya.
Ada dua pesan yang ingin disampaikan oleh Gen Z ini: pertama, jangan bodohi kami. Bagi-bagi uang dan sembako itu pembodohan. Generasi muda butuh masa depan, bukan bagi-bagi uang. Itu sungguh merendahkan.
Kedua, jangan rusak mental kami. Kami butuh masa depan negeri ini. Karena itu, kasih semangat buat kami. Bagi-bagi sembako telah membunuh semangat dan etos kerja kami.
“Anies Bubble” telah menjadi fenomena baru yang secara alamiah telah menjadi perlawanan anak-anak Generasi Z terhadap mereka yang menjadikan Indonesia ini “horor” dan “menakutkan”. Anak-anak Generasi Z ini telah menyampaikan pesannya bahwa mereka butuh kasih sayang dengan mengangkat sosok “Abah” di tengah banyak sosok yang selalu tampil dengan menebar ancaman terhadap masa depan mereka. Turunkan baliho dan take down videotron. Sosok-sosok yang hanya tahu kekuasaan, tapi tidak mengerti arti masa depan buat mereka. Di saat gundah inilah mereka menemukan sosok idola yaitu Abah. “You are my Idol, Abah…”.
Jogjakarta, 19 Januari 2024
Komentar