HEADLINE

Bassam Kasuba, Sebuah Potret Kepemimpinan Dengan Hati

Kepada Warga Makayoa, Bassam Kasuba menandaskan bahwa Saya ini pemimpin Halmahera Selatan. Kita tidak akan saling meninggalkan. Kita tetap sama-sama, dan porsi pembangunan akan kami upayakan bisa adil dan merata


PIKIRAN UMMAT.Com—Labuha||Bupati Halmahera Selatan, Hasan Ali Bassam Kasuba, menujukan kepada semua tentang makna memimpin dan kepemimpinan dengan hati.

Kepemimpinan dengan hati merupakan pola kepemimpinan yang dilandasi hati yang bersih dan tenang, tidak didasari emosional dan dendam.

Kasus aksi penolakan dirinya di Desa Gorup, Kecamatan Makian Pulau menunjukan sebuah nuansa kepemimpinan Bassam Kasuba yang mengedepankan hati nurani.Apapun sikap dan tindakan adik-adik mahasiswa menolaknya dari kunjungannya di Desa Gorup oleh Bassam Kasuba tidak akan menjadi alasan dirinya tidak berlaku adil.Sebagai pemimpin Bassam tetap bersikap adil bagi seuruh rakyat Hal-Sel.Sebagai anak yang didik dalam keluarga yang religuis dan kader PKS yang religuis, Bassam Kasuba sangat menyadari perintah Allah SWT bahwa kebencian tidak bisa mendasari cara pandang kita sebagai pribadi dan pemimpin.

Lihat saja apa ucapan Bassam Kasuba pasca insiden bahwa dirinya tidak akan melupakan orang Makian-Kayoa (Makayoa).

Ini disampaikan Bassam menyusul adanya tudingan bahwa ia akan menyingkirkan orang-orang Makayoa dari birokrasi.

“Jadi saya rasa kalau kemudian ada pemberitaan atau isu yang bilang Bupati orang Togale lagi akan sudah tidak perhatikan dengan orang Makayoa, jujur saya merasa sedih kalau ada bahasa sepeti itu,” katanya  dihadapan masyarakat Pulau Makian yang hadir pada acara peresmian jembatan Mataketen-Tagona, Kecamatan Makian Barat, Sabtu (10/2) pekan kemarin.

Fakta bahwa pasca insiden penolakan di Desa Gorup, Bupati Bassam Kasuba berkomitmen melanjutkan pembangunan jalan lingkar pulau Makian dan Pembangunan Rumah Sakit Prima Rabudaiyo, Kecamatan Pulau Makian.Bassam bahkan menambah suntikan anggaran puluhan milyar rupiah.Ditolak di Desa Gorup, Bassam justru meng umroh kan Imam Mesjid Tagono dan memberikan bantuan pembangunan teras Mesjid Mataketen.

Di Desa Mataketen, Bassam menegaskan prinsip kepemimpinannya yang adil bagi semua suku dan golongan.

Menurut Bassam, pemerintahan yang dipimpinnya bukanlah semata-mata milik suku Tobelo-Galela (Togale), melainkan semua golongan masyarakat yang ada di Halmahera Selatan. Sebab itulah tidak pernah terpikirkan dalam hati dan pikirannya, jika dirinya berasal dari Togale lalu tidak memperhatikan masyarakat Makian-Kayoa.

Dia juga menyesalkan ungkapan bahwa dirinya akan menyingkirkan orang-orang Makayoa dari jabatan kepala dinas.

“Ada yang mengisukan bahwa ketika saya memimpin tidak ada lagi orang Makian-Kayoa di dalam birokrasi. Ada yang bilang akan kepala-kepala dinas dari Makayoa saya ganti semua, tapi Inssya Allah sampai hari ini masih ada kepala-kepala dinas orang Makoya yang berada di birokrasi,” tegasnya.

“Silahkan tanya Kadis PUPR Ikbal Mustafa dan Ibu Ani, bagaimana cara pandangan saya dalam mengelola birokrasi. Jadi klo ada pemahaman seperti ini, itu sudah ketinggalan jaman,” sambungnya.

Politisi PKS itu menegaskan bahwa kepemimpinannya untuk semua suku yang ada di Halsel. Sehingga pembangunan infrastruktur dan pembangunan sumber daya manusia akan disamaratakan.

“Saya ini pemimpin Halmahera Selatan. Kita tidak akan saling meninggalkan. Kita tetap sama-sama, dan porsi pembangunan akan kami upayakan bisa adil dan merata,” pungkasnya.(***)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *