“Allah berfirman yang artinya, Dan tolong- menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan (QS al- Maidah: 2)”
Nabil menjelaskan bahwa “Ajaran ini sangat mulia karena setiap Muslim diajarkan untuk mau ber-ta awun dengan siapa pun dalam hal-hal yang baik, sebaliknya tukas dia, jangan bekerja sama dalam segala keburukan.
“Tidak ada alasan, apalagi kita ini terlibat dalam organisasi Kerukunan Keluarga, adalah paguyuban dan sebagai organisasi sosial. Jadi sesungguhnya puasa dapat mengasah kepekaan untuk peduli terhadap persoalan sesama”
Termasuk tandas Nabil Bul-Bul, mendidik seorang hamba tidak saja
memiliki empati kepada sesama Muslim, tetapi juga manusia pada umumnya, tanpa melihat latar belakang agama.
“Saya mengiutip penjelasan Syekh ‘Izzuddin bin Abdissalam dalam kitabnya, Maqâshidush Shaum, beliau mengatakan “Karena sesungguhnya orang berpuasa ketika dia merasakan lapar, dia mengingat rasa lapar itu. Hal itulah yang memberikan dorongan kepadanya untuk memberi makan pada orang yang lapar”.jelasnya filosofis.
Ketiga, menurut Ketum HIKMU “Ibadah Sosial
Sekilas puasa memang hanya mendidik rasa empati seseorang untuk memiliki sifat tenggang rasa kepada orang-orang yang hidup berkekurangan, tetapi jika ditarik ke nilai solidaritas universal, maka puasa juga mengajarkan kepedulian sesama dalam aspek kehidupan sosial yang lebih kompleks” urainya.
Terakhir, Ketum HKMU, Nabil M.Salim berharap “Semoga ibadah puasa tahun 1445 H ini dan seterusnya bisa menjadikan kita hamba-hamba yang memiliki nilai solidaritas sosial tinggi, baik sesama Muslim atau manusia pada umumnya tanpa memandang latar belakang agama dan status sosial kita”tutup Bapak Nabil M.Salim, Ketua Umum HIKMU(***)
Komentar