Pertarungan kakak beradik H.Ahmad Hidayat (AHM)Mus versus Aliong Mus (AM) di kontestasi pemilihan Gubernur Maluku utara tak terhindarkan.Perkembangannya kian dialektik dan masif.Ke 2 putra H.Hidayat Mus ini bahkan digdaya dominan menguasai ruang demokrasi di partai Golkar.
Miris ! Partai Golkar seolah ikut tersandera dan tak bisa mengelak lagi dari pertarungan dinasti politik Mus ini.Partai tertua yang dikenal matang ini seolah mati akal dan mati rasa ke Kandidat lain dan hanya mengurus kepentingan politik 2 Personil dinasti Mus ini sebagai pilihan calon Gubernur Maluku utara ideal.Padahal masih ada pilihan kader lain yang banyak dan lebih mumpuni dari sisi kapasitas, integritas dan kredibilitas.
Lumrah ! Julukan partai Golkar Malut sebagai partainya dinasti Mus tak terelakan.Mengutip pernyataan salah satu akademisi “Partai Golkar layak di sebut partai Mus di Maluku Utara”
Dinasti Mus sepertinya telah menjadi pakem pilihan partai Golkar selama 3 periode terakhir.2 periode sebelumnya adalah AHM, pada periode ke 3 di pilgub Malut 2024, baru muncul persaingan internal dinasti Mus.Partai Golkar terpaksa harus memilih 1 diantara 2 Mus yakni tetap memilih AHM atau Aliong Mus.
Mengapa harus dinasti Mus ? Basis keyakinan Partai Golkar nampaknya soal The Power Of Monay atau kekuatan uang.Itu konon telah menjadi pakem politik praktis partai Golkar dalam meraih kekuasaan.
Wajar ! karena pemilu dalam demokrasi langsung saat ini ditengah tantangan geografis kepulauan yang hight cost dan pragmatisme publik, uang memang menjadi salah satu kunci strategis dalam meraih kemenangan.
Memilih dinasti Mus karena soal uang memang tidak salah-salah amat.Model pendekatan politik uang ini memang pilihan yang sangat strategis karena tumbuh subur dalam pemilu langsung ditengah kondisi geografis malut kepulauan yang hight cost serta rakyat Malut yang masih terlilit isi perut dan isi otak.Data statistik menunjukan, malut masih juara soal rendahnya kualitas SDM dan isi tas alias kemiskinan.
Kemiskinan dan kebodohan memang dua lahan empuk bagi politik uang. padahal justru politik uanglah semakin merusak tatanan pemerintahan yang baik menjadi abai terhadao kehidupan rakyat.
Telah menjadi rahasia umum, Dinasti Mus ada dan bisa tampil terdepan di kawah candradimuka politik Malut karena faktor kekuatan uang ketimbang sebagai sosok -sosok visioner yang tampil dengan politik program yang memukau dan menghipnotis rakyat Maluku utara.
Secara pragmatis, pilihan partai Golkar ke dinasti Mus karena faktor kekuatan duit memang tak salah amat namun banyak juga benarnya karena terbukti melalui tangan-tangan mereka, Partai Golkar bisa meraih kekuasaan dan berkuasa cukup panjang di Kabupaten Kepulauan Sula dan Kabupaten Pulau Taliabu.
Sebagai partai politik yang afiliasi utamanya pada kekuasaan, Partai Golkar tentu membutuhkan kaders bergelimang duit yang ambisius dalam meraih kekuasaan.
Terbukti ! Kemitraan politik ini membuktikan Squad dinasti politik Mus mampu menghantarkan partai Golkar berkuasa panjang di Sula dan Taliabu. “AHM Bupati Kepulauan Sula 2 Periode, Aliong Bupati Pulau Taliabu 2 periode, Ningsih Mus Bupati Sula 1 periode, Alien Mus Anggota DPR D Malut 1 Periode dan Anggota DPR RI 2 periode”.
Tersisa di Malut, partai Golkar hanya nyaris berkuasa 2 kali dari 2 kekalahan AHM yang mereka usung.
All ! Dalam kekuasaan panjang Squad Mus itu, Partai Golkar mungkin saja meraih banyak manfaat.
Catatan buruknya, Partai Golkar diisukan tidak demokratis, ini bahaya.
Pertanyaan kemudian, sebagai pilihan otomatis, siapa pilihan partai Golkar antara AHM dan Aliong Mus ?
Soal siapa, ukuran bertolak dari 2 perspektif yakni ukuran ideal dan realistis atau pragmatis .Ideal merupakan pilihan yang berdasarkan pada sistim dan tatanan moral sedangkan pilihan realistis dan pragmatis adalah pilihan yang hanya mempertimbangkan asal menang walaupun dengan menghalalkan segala cara.
Secara ideal dan realistis, pilihan partai Golkar harus jatuh kepada Aliong Mus.Pertimbangannya cukup ideal dan realistis.
Pertama, memilih Aliong dan menepikan AHM adalah pilihan ideal dalam rangka membangun pemerintahan Malut yang bersih dan berwibawa.Kita tahu bahwa Aliong merupakan sosok Bupati Takiabu yang bersih dari kasus korupsi.
Dari sisi ini, memilih Aliong sama dengan menyelamatkan muka Partai Golkar dari potensi rundungan dan isu anti pemberantasan korupsi.
Pilihan ini punya irisan kuat dengan isu pro anti pemberantasan korupsi karena 1 pilihan lain yakni AHM adalah mantan terpidana kasus Korupsi.
Partai Golkar tentu berpikir panjang jika memilih AHM.Status AHM sebagai mantan terpidana korupsi seolah menempatkan partai Golkar pada pilihan bunuh diri atau harakiri politik.Sebab rakyat bakal memandang sinis ke partai Golkar yang katanya pro anti korupsi.
Ke dua, Aliong Mus adalah masa depan sedangkan AHM adalah masa lalu yang secara spirit politik telah ekspair alias kadaluwarsa.Aliong adalah semangat baru pemimpin muda Partai Golkar.
Pilihan kepada Aliong adalah pilih yang berbasis pada trend politik, unsur yang sangat kuat dalam politik yang dinamis.Seorang politisi yang telah mencapai tingkat trend politik bakal sulit dijatuhkan entah dengan isu apapun bahkan semakin di serang dia bakal semakin ngetrend.
Sementara AHM adalah masa lalu yang telah tergerus magnit nya.
Tentu Partai Golkar tidak sedang memutar arah jarum sejarah bahwa Pemilihan Gubernur Maluku utara tahun 2024 sama dengan pemilihan Gubernur tahun 2019 apalagi 2014.Partai Golkar takkan melakukan blunder politik.
Ke 3, Aliong bukan saja segar dari sisi fisik dan kapasitas tetapi juga isi tas.Menjabat Bupati dua periode yang baru mau berakhir adalah sebuah ukuran tentang tumpukan uang.
Sementara AHM belakangan ini menunjukan trend tanda-tanda lesu soal uang.Putranya yang mencalonkan diri sebagai calon anggota DPRD Kota Ternate gagal terpilih karena uang.
AHM memang masih berharap dari mengais nostalgia kekuatan uang di pilgub 2014 dan 2019 namun bagi rakyat, uang adalah soal hari ini untuk bisa beli apa dan makan apa.
Camkan ! lezatnya uang masa lalu hanya tinggal cerita, ibarat pepatah panas setahun dihapus hujan sehari.Cerita manis uang masa lalu bakal dengan mudah bahkan telah hilang dengan uang baru hasil monay politik 2024.
Kesimpulan.
Partai Golkar adalah partai senior dan matang baik dari sisi institusional maupun dari sisi SDM yang tentunya diharapkan memperkuat tatanan politik demokratis dan cita-cita pemerintahan yang bersih.Pada titik ini, Partai Golkar bakal tidak hantam kromo dalam menentukan sikap politik strategis.
Ingat ! Siapa kader kepala daerah partai Golkar nanti adalah wajah partai Golkar 5 tahun ke depan,Tentu partai Golkar tak ingin mengotori wajah cantik hasil pemilu 2024 dengan menjadi bulan-bulanan isu anti korupsi.
Memilih Aliong Mus adalah pilihan ideal ataupun kalaupun tidak maka itu pilihan buruk dari pilihan terburuk .
All ! Politik demokrasi bukan melulu soal meraih kekuasaan tetapi bagaimana menghadirkan pemerintahan bermartabat dan kesejahteraan bagi rakyat.Salah satu syaratnya adalah pemimpin bersih yang menghadirkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta Mensejahterakan masyarakat.
Jika semulia itu tujuan politik demokrasi, apa iya partai Golkar ingin menyungguhkan pemimpin yang tidak bersih ?
Jangan dulu bikin romantis ya Pak Erlangga Hartarto.