oleh

MK vs Amicus Curiae Universitas

-HEADLINE, POLITIK-137 Dilihat

Banyak pihak yang kritik proses pemilu. Sekedar membuka kembali daya ingat kita terhadap film dokumenter berjudul “Dirty Vote”. Ini hasil riset, kata para produsernya. Dalam film ini diungkapkan secara sistematis bagaimana kecurangan pemilu 2024 itu dilakukan secara terstruktur, by desaign, dan masif. Ceritanya cukup detail. Kebetulan, tiga inisitor sekaligus pemain film “Dirty Vote” adalah para akademisi dan peneliti yang sangat ahli di bidang hukum.

Baca Juga  Musim Arbi Tantang Sherly, Gubernur Malut Agar Menjadi Alat Kepentingan Rakyat, Bukan Boneka Pusat dan Oligarki Tambang

Selain membuat film, mereka juga berbicara, bahkan dengan teriakan nyaring di berbagai forum. Mereka menantang siapa saja yang ingin membantah isi film “Dirty Vote” itu. Kesimpulannya: “tak ada satupun yang membantah”, kata mereka.

Tidak kalah beraninya, podcast “Bocor Alus” Majalah Tempo juga menguaraikan hasil investigasi jurnalistiknya. Mereka bahkan secara detail membongkar struktur kecurangan melalui dialog dan instruksi kekuasaan untuk melakukan kampanye buat paslon tertentu. Dari tingkat pusat, hingga tingkat daerah. Datanya cukup detail. Bahkan person to person. Mendengar podcast “Bocor Alus” seperti kita disuguhin bacaan berupa cerpen.

Baca Juga  Bisnis Women Asal Malut-Makayoa ini Jajal Bisnis Cafe di Kota Bekasi.

Tak kalah dengan “Dirty Vote” dan “Bocor Alus”, para guru besar dari berbagai universitas juga melakukan kritik dan protes terhadap jalannya pemilu. Bobrok, kata mereka. Kritisisme para guru besar rupanya menular ke para mahasiswanya. Mereka turun ke jalan, ikut melakukan protes. Tapi, jumlahnya gak terlalu banyak. Mahasiswa era reformasi nampaknya beda dengan mahasiswa era Orde Baru. Kalah militan. Mungkin karena sekarang terlalu banyak fasilitas.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *