Kondisi lebih kritis lagi dihadapi H.Husain Sjah, Taufik Madjid dan Benny Laos, ke 3 kandidat calon Gubernur yang diketahui bukan pengurus Pimpinan partai politik ini harus berjibaku mambangun koalisi partai politik seorang diri agar bisa membangun mimpi bertarung meraih kursi Malut 01.
Melihat peta parpol, ke 3 kandidat ini bakal menghadapi bukit terjal karena partai politik yang hendak mereka rebut justru Pimpinanya ikut mencalonkan diri.Lihat saja dimana Sahril Taher, ketua Gerindra Malut juga mencalonkan diri sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur.Upaya untuk menarik Sahril Taher sebagai wakil Gubernur mereka pun bakal kandas karena Sahril kabarnya lebih tertarik dengan AHM.
Arena pertarungan membangun koalisi ini potensial diwarnai politik transaksional.Sebab jika kita membaca trend dan budaya politik partai politik di Indonesia, tidak ada makan siang gratis dalam menggalang partai politik.Dalam kondisi seperti ini, Kandidat-kandidat ini jika punya uang cukup harus merogoh kocek cukup dalam untuk bisa belanja rekomendasi partai politik.
Jika iya, bagaimana jika mereka tak punya duit yang cukup ? Ya, terpaksa mereka harus menggalang oligarki untuk memodali transaksi parpol dan kinerja pemenangan.
Koalisi PKS-HANURA-MK-BISA Koalisi Ideal.
Tak terbantahkan, koalisi PKS-HANURA adalah koalisi ideal, koalisi yang terbangun semata berdasarkan kepentingan transaksi visioner dari politik Nasionalis-religuis.
Indikasi itu cukup jelas dimana ke 2 partai politik ini bisa cepat ketemu dan konectik.Tak perlu waktu lama untuk membangun kesepahaman kepentingan politik antara PKS-HANURA atau MK-BISA.
Komentar