PIKIRAN UMMAT.Com—Labuha||Festival Marabose yang digelar Pemda Halmahera Selatan memiliki makna strategis bagi pembangunan Halmahera Selatan seutuhnya.Selain memiliki fungsi pengembangan pariwisata budaya, festival Marabose juga mengandung sejarah besar terbentuknya peradaban Halmahera Selatan.
Bupati Halmahera Selatan, Hasan Ali Bassam Kasuba dan Sultan Bacan memaknai peristiwa Marabose secara cultural dan pembangunan Halmahera selatan seutuhnya.
Sejarahnya, Marabose merupakan peristiwa penying yang menandai peradaban kesultanan Bacan pada khususnya dan Halmahera Selatan oada umumnya.Peristiwa yang menandai migrasi kerajaan Bacan dari Dauri ke Labuha Bacan itu telah memberikan danpak perkembangan yang luar biasa.
Gambaran itu terbaca dari giat Bupati Kabupaten Halmahera Selatan, Hasan Ali Bassam Kasuba, bersama Sultan Bacan, Muhammad Irsyad Maulana Sjah, memimpin perjalanan kemaritiman Napak Tilas dalam rangka Festival Marabose pada Minggu, 23 Juni 2024.
Napak Tilas ini merayakan sejarah Kesultanan Bacan dengan memecahkan rekor MURI untuk perjalanan kemaritiman terpanjang dalam satu hari, dari pukul 6 pagi hingga 6 sore waktu setempat.
Perjalanan dimulai di Desa Dauri Tahane, Pulau Makian, tempat Sultan pertama Muhammad Al-Baqir bertahta. Rangkaian acara diawali dengan doa oleh tokoh adat setempat. Bupati Bassam dan Ompu Sultan Bacan kemudian menaiki perahu Kora-Kora, replika perahu yang digunakan Sultan pertama saat hijrah ke Bacan. Mereka didampingi oleh perangkat Kesultanan Bacan, Forkopimda, dan jajaran pemerintahan Halmahera Selatan.
Rombongan pertama menuju Desa Talimau, Kecamatan Kayoa, disambut meriah oleh warga desa. Dalam sambutannya, Bupati Bassam, yang juga dikukuhkan sebagai Ompu Datuk Sipanggala, mengucapkan terima kasih kepada Kesultanan Bacan dan seluruh pihak terkait yang telah menyukseskan Festival Marabose ke-III.
Sultan Bacan, Muhammad Irsyad Maulana Sjah, dalam sambutannya, menekankan pentingnya pelestarian alam sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT dan menginginkan pertemuan keluarga Kesultanan lebih sering untuk menjaga silaturahmi.
Rombongan melanjutkan perjalanan ke Desa Bokimiake, Kecamatan Kayoa Barat, mengunjungi Ake Boki, sumber air yang digunakan Sultan pertama. Kemudian, mereka bertolak ke Desa Kasiruta Dalam, di mana mereka dijemput dengan perahu sampan menuju Bukit Ompu Asal untuk bermunajat meminta keselamatan dan kemakmuran bagi negeri Saruma Halmahera Selatan.
Perjalanan berakhir di Pelabuhan Habibi, Desa Labuha, dengan penjemputan oleh tarian Cakalele dan berjalan kaki menuju Kadaton Kesultanan Bacan. Acara ditutup dengan doa bersama sebagai penghormatan terhadap sejarah dan warisan Kesultanan Bacan. (***)