Apa hasil dari strategi agresif PDIP menyerang Anies? Anies tetap maju di pilpres 2024, dan PDIP kehilangan tiga kursi DPRD DKI di pemilu 2019. Dari 28 kursi menjadi 25 kursi. Di pemilu 2024, PDIP kehilangan lagi 10 kursi di DKI. Dari 25 kursi menjadi 15 kursi. Karena itu, PDIP sadar, ini strategi yang keliru. Karena itu, PDIP merasa perlu untuk mengubah strategi.
Posisi PDIP di DKI saat ini kurang menguntungkan. Dengan 15 kursi di DPRD Jakarta, PDIP tidak bisa mengusung paslon sendiri. Harus berkoalisi. Di sini PDIP kesulitan untuk mencari partner koalisi. PPP yang notabene mitra koalisi PDIP di pilpres pebruari 2024 kemarin, hanya mendapatkan satu kursi di Jakarta. Mau koalisi dengan partai-partai pendukung Prabowo? Hampir tidak mungkin. Kenapa? Parpol koalisi pendukung Prabowo masih berada di genggaman Jokowi. Sementara, hubungan PDIP dengan Jokowi sedang berada di titik terburuk.
Pintu yang paling memungkinkan adalah bergabung dengan koalisinya partai-partai pengusung Anies Baswedan.
Faktor Anies juga menarik bagi PDIP. Anies incumbent dengan performence kerja dan prestasi yang cukup bagus di mata publik. Sehingga, elektabilitas Anies saat ini tertinggi, jauh melampaui kandidat-kandidat lainnya. Bagi PDIP, nampaknya pilihan ke Anies adalah yang paling menjanjikan untuk menang.
Komentar