Sebagai simbol identitas cultural, Tarian Cakalele berkembang memasuki dunia politik.Cakalele dipahami sebagai sebuah pesan ekspresi politik identitas cuktural para penganutnya.
Tidak salah, upaya untuk membersamai gerakan politik sebagai reaksi ditengah kentalnya politik primordialisme.
Lebaran Cakalele MK-MTT mendapat tanggapan luas berbagai kalangan.Wajar, tarian Calalele ini diperankan 2 politisi Togale yang sedang bertarung di kontestasi Pilkada Maluku utara dan Halmahera utara.
Meminjam adagium politik populer “pertemuan 2 politisi pasti ada yang dibicarakan”.
Tak bisa dipungkiri, cakalele daam ranah politik praktis sebagai ekspresi politik identitas.Politik identitas adalah sebuah alat politik suatu kelompok seperti etnis, suku, budaya, agama atau yang lainnya untuk tujuan tertentu, misalnya sebagai bentuk perlawanan atau sebagai alat untuk menunjukan jati diri suatu kelompok tersebut.
Why ! Boleh jadi, lebaran Cakalele MK-MTT ini adalah diakripsi dari akspresi kesadaran cuktural-politik terhadap perkembangan yang dirasakan memecah internal Togale.Togale yang komunal secara tradisi-budaya itu sedang menghadapi sebuah ancaman politik identitas agama.Dalam konteks ini, bisa kita simpulkan, lebaran Cakalele MK-MTT, Budaya sebagai upaya atau jalan penyatuan masyarakat Togale.
Pertanyaan selanjutnya, apakah lebaran Cakalele merupakan ekspresi koalisi politik MK-MTT ? Belanda masih jauh dan mungkin saja bukan itu tujuannya.Boleh jadi, Ke 2 politisi Tigale ini memberikan pesan tegas “sah-sah saja sesama putra Togale berhadap-hadapan dalam sebuah petarung tetapi jangan sampai mencabik-cabik tenunan kebersamaan Tagale yang dirajut para leluhur suku Togale.
Sifat komunal dan kebersamaan Togale adalah warisan tak ternilai yang harus terus di pupuk dan dijaga serta disemai generasi Togale entah kapan, dimana dan dalam interes politik apapun.Apalagi jika jahitan indah itu hanya dirusak oleh orang lain dengan isu agama.
Komentar