Pilkada Malut

Dr.Muhammad Kasuba, MA, Putra Togale Tersisa di Pilgub Malut

Hein Namotemo tumbang, MK terbilang

PIKIRAN UMMAT.Com—Ternate||Seperti percaturan politik nasional, Pilkada serentak di provinsi Maluku utara juga menjadi ajang bagi etnis-etnis di Maluku Utara ikut  berperan dalam pembangunan politik lokal Maluku Utara.

Peran itu ditandai dengan mempersembahkan putra-putri terbaiknya ikut berlaga merebut tampuk kepemimpinan di provinsi Maluku utara.

Ada keyakinan yang terbangun di kalangan etnisitas bahwa ada tanggun jawab sejarah setiap etnis untuk merawat peradaban negeri Maluku Utara, membuat kelompok-kelompok primordial ini tak luput dan ikut mengisi setiap agenda politik.

Etnis Makayoa, etnis Togale, etnis tidore, etnis sula, etnis Bacan bahkan etnis Tiongkok semua mengambil tanggun jawab terhadap kemajuan negeri Maloku Kie Raha ini.

Dr.H.Muhammad Kasuba, MA, Cagub Tunggal Togale.

Berdasarkan hasil pendaftaran calon Kepala Daerah-Wakil Kepala Daerah di KPU MalukunUtara, terdaftar 4 paket calon Gubernur dan Wakil Gubernur.Diantara 4 paket itu yakni paket Dr.H.Muhammad Kasuba, MA-Basri Salama, paket Benny Laos-Sarbin Sehe, paket Aliong Mus-Sahril Taher dan paket H.Husain Sjah-Asrul Rasid Ichsan.

Dari semua calon yang ada, tercatat hanya ada 1 calon Gubernur dari Togale yakni Dr.H.Muhammad Kasuba, MA yang berpasangan dengan Basri Salama, S.Pd, putra terbaik dari Tidore.

Togale sendiri sebetulnya memiliki 2 putra terbaik namun salah satunya yakni Dr.Hein Namotemo, M.Si yang berharap pada Partai Amanat Nasional atau PAN itu kandas karena dikalahkan Benny Laos dalam perebutan rekomendasi PAN.Pupuslah sudah asa Togale melalui salah satu putra terbaik Togale di Pilkada Malut.Padahal Hein diproyeksikan berpasangan dengan putra terbaik dari Makayoa yakni Taufik Madjid (Sekjen Kemendes) yang juga gagal melangkah ke Pilkada karena kalah merebut PKB dengan Benny Laos juga.

Ibarat pepatah “Jika Hein Namotemo ditenggelamkan, Muhammad Kasuba terbilang”.Togale masih punya 1 harapan tersisa di Pilkada Malut di pundak Dr.H.Muhammad Kasuba, MA.

Kata orang Togale “Ma ngona “, adagium optimisme dan comvidances orang Togale dalam menghadapi percaturan zaman.

Dr.H.Muhammad Kasuba akan bertarung membawa misi moyang orang Taogale  membangun Maluku Utara seperti mereka mengemban tugas kesultanan sebagai militernya Moloku Kie Raha dan martabat orang Togale di kencah Maluku Utara.

Misi H.Muhammad Kasuba yang wajar dari amanah sebuah suku terbesar di Maluku Utara seirama demokrasi langsung yakni komonitas sosial terbesar wajar memimpin Malukun utara.

Etnis Togale.

Etnis Togale merupakan salah satu etnis terbesar di Maluku utara.Etnis ini berpusat di pulau Hamahera di kabupaten Halmahera utara kemudian menyebar luas ke wilayah Halmahera bagian selatan di Gane, hal-teng dan Hal-tim pulau Bacan, dan sebagian di Sula dan Taliabu yang dikenal dengan sebutan suku Mange dan Siboyo.Sifat Suku Togale yang ekapansif, boleh di kata, etnis Togale menyebar nyaris diseluruh wilayah Maluku utara.

Etnis Togale senantiasa mengisi lembaran sejarah sejak era klasik Moloku Kie Raha sampai bertransformasi di era modern menjadi Maluku Utara.Sejak era klasik Togale ditandai sebagai kekuatan militer angkatan perang Moloku Kie Raha dan era modern Togale ditandai dengan eksistensi SDM nya diberbagai sektor kehidupan adik sosial, ekonomi dan politik.

Baik Togale dalam sejarah klasik maupun sejarah modern, peran etnis Togale adalah peran  membangun peradaban.

Ditengah agenda Pilkada serentak di provinsi Maluku Utara yang tengah berlangsung, etnis Togale tak kehilangan peran strategisnya dalam mengisi peradaban politik Maluku Utara.

Togale Satu Darah.

Bagi orang Togale, tidak ada sekat apapun sebab orang Togale sejarahnya adalah satu darah.Prinsio yang menggambarkan rekonsiliasi alamiah.

Meminjam ungkapan salah satu tokoh kristiani Hal-Sel  “jika kalian bertanya bagaimana sikap kami terhadap H.Muhammad Kasuba notabene tokoh politik Islam ? Maka kami menjawab Ustadz Muhammad Kasuba dan kami  adalah satu darah togale.Persaudaraan  dan kebersamaan tak lekang oleh sekat apapun.

”Itu teruji oleh sejarah”tukas Om Yohn.

Dalam konteks politik yang sarat kepentingan “Ustadz Muhammad jadi pemimpin hal-sel itu  di oto DG 01 me tong bisa kase stop lalu mengapa harus mencari sosok lain yang baru dan hanya kenal di kala ada Pilkada.

”Kalau dia terilih la ting bisa cari bakudapa dimana tu Gubernur, tapi kalau Ustadz MK tong mau bakudapa gampang saja me tong pE sudara kong”pungkas Om Yohn(***)

 

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *