oleh

Catatan (3) : TERLUKA DI THAIF

Mendengar jawaban Rasulullah, Jibril dan para malaikat penjaga gunung yang sudah geram pun mengurungkan niatnya. Mereka ‘sami’nā wa atho’nā’ pada apa yang diinginkan Rasulullah. Seandainya bukan karena kelembutan dan kemurahan hati Nabi, sungguh telah binasa orang-orang Thaif. Bahkan Jibril pun murka melihat kekasihnya terluka.

—O0O–

Saya mendapatkan penjelasan dari para ulama bahwa peristiwa Thaif mengajarkan kepada kita tentang esensi bergama. Esensi kematangan spiritual. Sikap tidak reaktif adalah tingkat spiritualitas tertinggi. Rasulullah memiliki kematangan mental yang tak tertandingi, beliau sudah melihat harapan bahwa di masa depan orang-orang Thaif bisa memeluk agama Islam dan beribadah kepada Allah.

Baca Juga  JET DARAT ITU BERNAMA "HARAMAIN EXPRESS"

Maka benar belaka sabda Sang Nabi. Pada saatnya, masyarakat Thaif masuk Islam. Kini Thaif menjadi salah satu kota terbaik di Arab Saudi, masih seperti pada zaman Nabi dulu. Kota ini adalah wilayah yang subur, ditumbuhi pohon-pohon rindang, air yang melimpah. Kerajaan Arab Saudi saat ini bahkan menjadikan Thaif sebagai salah satu kota utama, destinasi pariwisata, kota pertanian, dan pusat pengembangan teknologi dan militer.

Mengunjungi kota Thaif, perasaan saya campur aduk. Melihat situs tempat Nabi membangun gubuknya, Masjid Kuk, kebun kurma peninggalan Utbah, hati saya tersayat-sayat karena mengingat Nabi yang terluka di tanah ini. Batu-batu di sekeliling tempat saya berjalan, mungkin adalah batu-batu yang pernah bersaksi atau bahkan melukai Sang Nabi. Jika bukan karena kasih sayang dan pemaafan Baginda, telah binasa orang-orang Thaif, dan mungkin kita tak bisa menikmati keindahan kota ini sekarang.

Baca Juga  Catatan (5) : MAKKAH DAN "CULTURAL GENOCIDE" (1)

Di saat yang sama, saya merasa takjub menyaksikan gunung-gunung batu berukuran raksasa di sekeliling Thaif. “Inilah gunung-gunung batu itu,” batin saya. “Inilah yang Jibril telah siap memerintahkan para malaikat penjaga gunung untuk ditimpakan kepada orang-orang Thaif. Ya, batu-batu yang saya lihat ini.”

Inilah keindahan Islam. Inilah luar biasanya ajaran Nabi. Inilah akhlak penghulu para nabi dan rasul. Keindahan kota Thaif dan segala hal yang istimewa di dalamnya, tak secuilpun bisa dibandingkan apalagi dibanggakan. Jika bukan karena doa Rasulullah, maka terhancurlah kota ini dan penduduknya.

Baca Juga  Catatan ke ( 7) RINTIHAN SELAMAT TINGGAL BAITULLAH

Tapi Rasulullah telah memaafkan Thaif. Dan keluasan rahmat Allah sungguh tak terpermanai. Saya hanya bisa mengagumi semuanya, meski hati tetap sakit, berdarah mengingat wajah Nabi yang terluka.

“Silakan mencicipi anggur ini,” ujar seorang pria Arab di hadapan saya. “Sunnah Nabi mencicipi anggur di Thaif.”

Saya mengambil sebutir, lalu memakannya. Betapa menyegarkan kasih sayang Allah untuk hamba-Nya. Seandainya mereka mengerti ***

M.Guntur Alting

Thaif, 30 Desember 2024.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *