Tajuk ini berawal dari respons pembaca atas berita saya tentang terpilihnya Dr.Rizal Marsaoly, M.Si, Sekertaris Kota Ternate sebagai Ketua PGRI Kota Ternate.Baginya ini aneh dan anti maenstream banget, karena PGRI fitrahnya adalah organisasi profesi kaum Omar Bakri alias para guru yang ghalibnya harus dipimpin orang yang berprofesi guru bukan birokrat seperti Rizal.Kasat mata dan dalam perspektif zaman old atau konsep organisasi tradisional, orang ini tak salah.PGRI atau organisasi profesi apapun layaknya dipimpin oleh orang se profesi.
Sentimentil memang tapi bukan pula peyoratif hanya saja 100% anti maenstream.Dia mungkin saja kaum telat berubah dan masih dalam kubangan lumpur pemikiran zaman old bahwa PGRI itu lahir ansih sebagai wadah para guru dan dari sononya so pasti ketuanya para guru mulai dari level nasional sampai level Kecamatan, bukan yang lain alias bukan guru.mungkin saja dia tak mampu menjangkau perubahan transformatif di tubuh PGRI Kota Ternate.
Hemat saya RM Ketua PGRI tidak ada yang salah baik dari filosofi dan mekanism.Justru sebaliknya, ini bentuk dari transformasi nilai di tubuh PGRI.Ketua PGRI harus guru itu perspektif “zaman dulu”.Jaman telah berubah dan insan PGRI Kota Ternate pasti telah mengalami perubahan transformasi nilai organisasi.
PGRI Kota Ternate tentu menghadapi tantangan seiring berkembang dan berubahnya perkembangan lingkungan strategis terutama perkembangan politik strategis.PGRI juga harus harus tanggap dan responsif terhadap perubahan lingkungan strategis, itulah pesan yang saya tangkap.
Secara konstitusional, AD/ART PGRI memberikan ruang bagi potensi eksternal untuk bisa berkontribusi secara strategis bagi kemajuan PGRI Kota Ternate.Secara filosofis, semua komponen adalah produk pendidikan yang sama artinya produk para guru.Secara fungsional, kekuasaan RM sebagai Sekot Ternate bakal berkontribusi produktif bagi perjuangan PGRI Kota Ternate dan secara demokratis, PGRI telah mengembangkan tradisi inklusifitas dalam dinamika organisasi.
Komentar