oleh

KH.Ghani Kasuba, Lc, Pemimpin, Guru, Orang Tua dan Sahabat

-OPINI-153 Dilihat

Memdengar rumus itu Ustadz Gani tertawa lepas dan saya yang pamit pulang tetapi Ustadz menimpali “Man jangan dulu pulang mau magrib ni malaikat turun bawa rezeki”.Tetiba masuklah haji isial N lalu beliau “Man apa kita bilang, ini malaikat so bawa rezeki ni” dan saya pun pulang dengan senyum dan tetiba terdengar sahutan dari jauh “Eh jangan bajalan lurus bagi dulu”.

Banyak pengalaman bersama beliau terisi dengan penuh gelak tawa, saya bersyukur bisa membuat beliau bisa tertawa di sela ketegangan yang meliputinya.Terkadang ketika bertemu, beliau seolah berharap cerita anekdot apalagi yang saya bawa dibalik interes ku.”Om Haji, (demikian sapaan akrab lain saya ke beliau).Menangkap akan ada anekdot baru, beliau pun menyahut “ah carita apa lagi Man, carita la tong tatawa dulu”.

Baca Juga  SHERLY TJOANDA ANTARA GOOD GOVERNANCE dan BISNIS INTERES

”Ustadz, ada 2 tete-tete orang Makian yang gigi so ompon samua, mau pacaran lagi dengan janda muda, suatu ketika pacar-pacar mereka ini gelar acara milu/ jagung Pete rebus yang buah-buah jagung itu bulatan agak besar itu dipetik amat rapi tanpa cacat.Singkat cerita jagung disuguhkan dibawah temaram lampu Pelita yang  kurang terang,  yang satu menyaksikan tete yang satu begitu lahap dengan cepat menghabiskan sepiring jagung itu, dia dalam hati heran “me dia pe gigi me tarada kong capat sakali kase abis e.Besok paginya dia hendak buang hajat pas di belakang rumah tete yang dengan cepat menghabiskan jagung rebusnya —dimana kala itu sekira tahun 1970 an semua orang buang hajat besar kalau bukan di pantai ya belakang rumah— dia mendapati tumpukan buah jagung segar masih utuh seperti saat disajikan semalam di bawah pohon pisang, seketika dia berteriak memanggil isteri temannya itu “Oe sapa ni kong kajahatan ni e, ada cari bibit jagung pe susah ini kong buang bibit jagung sembarangan ni” padahal itulah jagung semalam yang rupanya tidak dikunyah tetapi ditelan agar pacar mereka tahu bahwa dia masih punya gigi yang kuat .Mendengar cerita itu Ustadz Ghani kembali tertawa bukan kepalang “Man ngana foya saja”.

Baca Juga  Mengenang Kepergian Wartawan Metro TV, Sahril Helmi : Melukis Tinta Keabadian di Perairan Gita.

Qulkunafsin Jaikatulmaut, tiba waktunya diusia 73 tahun Ustadz harus kembali memenuhi panggilan ilaihi rabbi Allah Azzawazallah.

Ustad pergi dengan mulia dan dada membusung karena telah menunaikan tugas  sebagai khalifah Allah di muka bumi sebagai pewaris para nabi yang in sha Allah dengan sukses .Sebagai ulama, Rasulullah memberikan predikat ini padamu “Ulama Warasutul Anbiya” alias ulama adalah pewaris para nabi.Engkau menunaikan tugas dalam suka dan duka dalam susah dan senang dengan ikhlas sebagai Kiyai, pendakwah, ulama dan sebagai umara atau pemimpin.Engkau mengarungi laut malut yang terkadang ganas hanya untuk menyampaikan pesan penuh cinta dari sang khalik ditengah nyaris semua manusia asik terlelap dalam balutan kain tidur, berpangku tangan dengan hembusan asap rokok dan kopi disamping.Percayalah bahwa pemberi amanah itu sang Raja di Raja yang maha adil dan teliti perhitungannya.

Baca Juga  Pejuang Terakhir dari Banten KHOLID MIGDAR

Ustadz, engkau kembali ke haribaan dengan kesan yang mendalam sebagai ulama, umara, orang tua dan sahabat yang menginspirasi.

Selamat jalan Ustadz, kami melepasmu dengan ikhlas dan perjuanganmu akan kami lanjutkan !

 

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *