oleh

Pertarungan Politikus Saudagar, Birokrat dan Aktivis Politik di Perang Kota

-OPINI-223 Dilihat

Kota Ternate—Kontestasi politik daerah ke depan bakal kembali diwarnai pertarungan politisi dari beragam latar belakang.Mencermati Konstalasi politik di Maluku utara menuju 2029  dalam The battle Of politic, Politikus berlatar belakang bisnis atau saudagar, birokrat dan aktivis partai politik  tak menutup kemungkinan bakal kembali berjibaku dalam satu panggung pertarungan politik guna merebut kuasa di Kota rempah ini.Oleh kalangan pakar, seperti apa latar belakang para petarung, bakal menentukan motif corak praktik kekuasaan.

Catatan ringan ini sengaja mengulas apa dan bagaimana  politik saudagar, politisi birokrasi dan politisi aktivis partai politik berperan dalam praktek politik praktis dan pemerintahan daerah.

Isyu politik saudagar, birokrasi dan aktivis politisi partai adalah isyu politik kontemporer yang telah eksis dalam praktik politik praktis di indonesia.Politisi saudagar (Bisnisman), Birokrat dan aktivis partai politik nyaris mewarnai setiap agaenda kontestasi kekuasaan pemerintaha.

Baca Juga  Jika KPK telah jadi Alat Politik. Pantas di bubar kan.

Isyu politik saudagar misalnya, mengemuka ketika dipopulerkan Akbar Tanjung, Ketua Umum Partai Golkar pada Pilpres sebelum -sebelumnya.

Bermula, Akbar Tanjung, mantan Ketua Umum Partai Golkar dalam disertasi promosi Doktoralnya  memberikan catatan atas kiprah saudagar atau pengusaha di dunia politik.Akbar diduga menyentil Yusup Kalla, capres partai Golkar yang berlatar belakang pebisnis yang dibahasakan Bang Akbar sebagai politisi saudagar.Perkembangannya kemdudian, Akbar disorot tajam karena mendukung Aburizal Bakri notabene seorang pebisnis atau saudagar, dialektika yang semakin mempertajam isyu politik saudagar.

Para pakar telah memberikan analisis, seperti apa latar belakang mereka, nyaris mengisi maruah kepemimpinan mereka kelak.

Baca Juga  Apakah Prabowo, KPK, Polri dan Kejaksaan mau Legalkan Korupsi rezim Jokowi?

Akbar Tanjung dalam tesisnya tentang politik saudagar atau dalam istilah “Saudagar Politik” yang kemudian di bukukan menjadi “The Golkar Way Survival Partai Golkar di Tengah Turbulensi Politik Era Transisi”.

Dalam buku itu kurang lebih Akbar Tandjung mengemukakan bahwa kepemimpinan saudagar lebih bersifat jangka pendek, mengedepankan spekulasi bisnis, serta cenderung tidak menghargai proses melainkan hasil akhir…Akbar juga mengungkapkan Corak kepemimpinan “Saudagar Politik” cenderung mengabaikan pembangunan atau kelembagaan.

Yang coba dikritisi Akbar Tanjung tentang saudagar politik adalah bukan hak saudagar dalam berpolitik, mengingat apa pun latar belakang seseorang ia mempunyai hak politik yang sama. Namun, menurut Akbar Tanjung dalam konteks kepemimpinan politik, mind set (pola pikir) saudagar tidak cocok dan tidak relevan dengan upaya kelembagaan politik.

Baca Juga  REVISI UU TNI BUKAN LEGITMASI DWI FUNGSI ABRI

Joko Su’ud Sukahar, dalam sebuah artikel bertajuk Golkar dan Saudagar Pedagang Politik mendiskripsikan politikus saudagar bahwa “Saudagar itu pedagang. Kebiasaannya jual beli dan tawar-menawar. Pasar adalah tempat transaksi. Dengan ilmu dagang, modal sedikit ambil untung sebanyak-banyaknya, maka margin besar didapat dari sana. Itu yang secara sinis disebut Shakespeare, yang mahal ditransaksikan di pasar itu aksi tipu-menipu yang dilakukan para pedagang.Pikiran bisnis yang provit oriented itu ditakutkan para pecinta lingkungan, pelestari alam, pengabdi perimbangan, penjaga tertib bumi, dan malah pejuang hak asasi manusia. Soalnya, jika pikiran bisnis sudah merambah berbagai segi tadi, maka segalanya akan berubah drastis. Dalam bahasa Jangka Jayabaya, pasar dadi ilang kumandange, sumber ilang kedunge”.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *