“Tekanan atas harga barang konsumsi yang mencekik keluarga muslim yang menyelenggarakan Ramadhan dan idul Fitri tidak hanya gagalnya Pemerintah Daerah mengatasi problem Pangan, tapi diikuti dengan permainan pasar setiap Ramadhan yang didesain untuk menciptakan kelangkaan sebagai bagian dari optimalisasi laba oleh para pedagang, yang memanfaatkan kelemahan pemerintah daerah dalam menjaga stabilitas harga barang konsumsi”ujar dia menjelaskan.
Dia mengkritisi, ditengah kondisi itu, pemerintah masih saja mempertahankan kebijakan tradisional dengan menggelar pasar murah dan on The spot ke pasar.Menurutnya, langkah tradisional pemerintah itu hanyalah upaya menutupi kelemahan pemerintah dalam menyusun ekosistem pangan guna menjaga stabilitas harga.Mukhtar memandang, meskipun langkah pemerintah dimaksud didukung BI melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) namun tetap tak mampu menjamin stabilitas ekonomi.
“Prilaku pemerintah yang tradisional dengan mengelar pasar murah yang diikuti dengan pengecekan harga di pasar hanyalah kamuflasi dari kelemahan menyusun ekosistem pangan dalam menjaga stabilitas harga, walaupun didukung oleh Bank Indonesia melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) tak cukup mampu menjaga drakula penghisap kantong rakyat yang makin terserat dalam kemiskinan dan rendahnya tabungan rakyat akibat dari harga yang terus mencekik konsumsi rumah tangga”papar dia.
Founder Lembaga Nirlaba Kampoeng Malanesia SIDEGon ini mengkhawatirkan kondisi ini berlanjut buruk bagi Masyarakat pasca lebaran.
Komentar